• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • ASEAN Day
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK (Forum Diskusi)
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Esai Akademik
  • Interkonektivitas Pariwisata di Asia Tenggara

Interkonektivitas Pariwisata di Asia Tenggara

  • Esai Akademik, Sejarah dan Budaya
  • 23 Desember 2016, 11.04
  • Oleh: pssat
  • 0

Sebagai sebuah kawasan yang menjadi bagian dari benua Asia, negara-negara di Asia Tenggara memiliki ciri iklim tropis dengan gugusan kepulauan yang mempesona dan sinar matahari sepanjang tahun. Bentang alam mulai dari pegunungan, laut hingga pantai dengan pasir putih dan air berwarna hijau tosca hampir dapat dijumpai diseluruh kawasan ini. Tak sampai disitu saja, kawasan asia tenggara memiliki kekayaan budaya yang secara tangible maupun intangible. Hal ini ditandai dengan adanya 17 warisan budaya yang telah tercatat dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Setidaknya ini dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan di seluruh dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah kedatangan internasional yang cukup signifikan. Data yang dihimpun oleh Pasific Asia Travel Association (PATA) pada tahun 2015 tercatat lebih dari 115 juta kedatangan internasional pada tahun 2015  yang diperkirakan akan mencapai angka 173 juta pada tahun 2018 dengan total pertumbuhan 2% setiap tahunnya. Thailand  masuk dalam peringkat kedua dalam kategori Top Five Fastest Growth Destinations 2014 – 2018 dengan jumlah kedatangan internasional tertinggi yaitu  36 juta, di susul Malaysia 27,7 juta,  Singapura 16,7 juta, sedangkan Indonesia, Kamboja, Filipina, Laos, Myanmar, Brunei Darussalam dan Vietnam masih berada pada angka dibawah 10 juta kedatangan pada tahun 2015.

Dalam rangka untuk terus mengembangkan sektor pariwisata, ASEAN membentuk interkonektivitas di bidang pariwisata melalui ASEAN Tourism Ministers yang menghasilkan strategi pariwisata terpadu yang dituangkan dalam ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2016 – 2025. ATSP 2016 – 2025  berfokus pada dua visi utama. Pertama, meningkatkan daya saing ASEAN dengan menjadi destinasi wisata terintegrasi. Kedua, memastikan bahwa pariwisata di ASEAN memperhatikan aspek inklusif dan keberlanjutan. Hal ini sejalan dengan implementasi dari ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025 yang kemudian dijabarkan dalam 10 strategi program pengembangan sektor pariwisata yaitu promosi dan pemasaran, pengembangan produk, pengembangan sumber daya manusia, investasi pariwisata, kualitas pelayanan, pariwisata berkelanjutan, fasilitas transportasi pariwisata, keamanan dan keselamatan wisatawan, konektivitas dan infrastruktur, dan isu perubahan iklim.

Salah satu dari sepuluh strategi program pengembangan pariwisata dalam ATSP 2016-2025 yaitu pada strategi promosi dan pemasaran pariwisata di ASEAN. Melalui website www.aseantourism.travel, wisatawan dapat mengakses segala informasi terkait pariwisata seperti event atau festival yang sedang berlangsung, foto dan video kegiatan wisata, memesan tiket pesawat atau hotel, hingga rujukan wisata yang akan membantu mereka dalam menentukan itinerary perjalanan wisata. Langkah promosi juga ditempuh dengan slogan “Southeast Asia feel the warmth” yang menyuguhkan kehormanisan, kebersamaan, kekompakaan negara-negara yang tergabung dalam wilayah ini. Slogan “Southeast Asia feel the warmth” mengkampanyekan kepada setiap negara untuk mengembangkan produk dan daya tarik wisata dengan keunggulan hospitality dengan kearifan lokal khas masyarakat Asia Tenggara. Dengan strategi promosi dan pemasaran pariwisata yang terintegrasi tersebut, diharapkan dapat mendukung terwujudnya ASEAN sebagai “single destination” seperti yang diamanahkan oleh ASEAN Tourism Strategic Plan 2016-2025.

ASEAN meyakini bahwa hasil akhir dari seluruh strategi ATSP 2016 – 2025 akan mampu mengoptimalkan sektor pariwisata sehingga akan memberikan kontribusi terhadap Gross Domestic Product (GDP). Sektor pariwisata di asia tenggara pada tahun 2014 telah menyumbang 4,8% dari total GDP atau menghasilkan sekitar 117,9 Milyar USD, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 4,9% atau 209,4 Milyar USD pada tahun 2025. Hal ini juga akan berdampak kepada semakin terbuka lebar lapangan kerja di Asia Tenggara sejalan dengan investasi yang terus berkembang.

Harapan terakhir dari interkonektivitas pariwisata di Asia Tenggara, bahwa kawasan ini akan menjadi daerah tujuan pariwisata berkualitas yang menyajikan keunikan, keberagaman yang harmonis, dan berkomitmen untuk bertanggung jawab pada pengembangan pariwisata yang seimbang, berkelanjutan dan inklusif, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kondisi sosial – ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat di Asia Tenggara seperti visi yang tercantum dalam ASEAN Tourism Strategic Plan 2016 – 2025.

 

REFERENSI:

https://www.pata.org/tag/statistics/ diakses pada 15 Desember 2016, 14.12 WIB http://64.78.36.53/link/Asia%20Pacific%20Visitor%20Forecasts%202014-2018%20Highlights%20(28Jan14)%20.pdf diakses pada 15 Desember 2016, 14.15 WIB

https://www.wttc.org/-/media/files/reports/economic%20impact%20research/regional%202015/southeastasia2015.pdf diakses pada 15 Desember 2016, 15.03 WIB

http://www.asean.org/storage/2012/05/ATSP-2016-2025.pdf diakses pada 15 Desember 2016, 15.25 WIB

 

—

 

Artikel yang ditulis oleh Tania Nugraheni Ayuningtyas, mahasiswa Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, saat magang di Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT).

Recent Posts

  • CESASS UGM menyambut perwakilan dari Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • PSSAT UGM selenggarakan The 17th International Asian Urbanization Conference
  • Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menjadi pembicara pada acara Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Menyambut Kunjungan Pimpinan Harvard-Yenching Institute
  • Seminar dan Monitoring-Evaluasi Akhir RKI 2024 Proyek Riset “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju