Program perdana SEA Talks PSSAT pada tanggal 29 Mei 2015 bertajuk “Media Massa dan Konstruksi Masyarakat ASEAN”. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si, menjadi pembicara pada sore itu. Menurut pembicara yang juga sekaligus kepala PSSAT tersebut bahwa media massa saat ini belum sepenuhnya peduli mengenai pentingnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Media massa, dalam hal ini jurnalis, perlu lebih dalam mengetahui isu ini sehingga tidak hanya menjadi wacana pada tingkatan elit semata akan tetapi informasi ini dapat sampai hingga kepada masyarakat dikawasan Asia Tenggara itu sendiri.
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 15.00 sampai dengan 17.30 tersebut diikuti oleh kurang lebih 56 peserta dari berbagai jurusan dan juga universitas yang ada di Yogyakarta bahkan beberapa peserta berasal dari Bali. Kegiatan ini diawali dengan pamaparan pandangan mengenai perkembangan media massa dan hubungannya dengan MEA oleh pembicara yang kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi atau sharing. Beberapa peserta bertanya dan juga memberikan pendangannya tentang media massa dan MEA, dimana media massa memiliki peranan yang penting dalam memberikan kesadaran terhadap masyarakat untuk menghadapi perkembangan pembentukan komunitas ASEAN yang saat ini sedang berlangsung hingga akhir tahun 2015.
Dengan melihat peran jurnalis saat ini, maka dapat dikatakan bahwa peran mereka masih sangat terbatas dalam meningkatakan kesadaran masyarakat dalam menghadapi MEA 2015. Diskusi mengenai perbedaan sistem pemerintahan dan sistem media di tiap negara Asean diperkirakan menjadi hal yang dapat menghambat atau sekaligus menjadi keunikan tersendiri. Media massa di kawasan Asia Tenggara sendiri dilihat masih bergerak secara terpisah, bahkan tidak menjadikan isu ini sebagai isu utama yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat seperti halnya di Indonesia sendiri.
Diskusi kali ini sendiri lebih terfokuskan pada media cetak dan elektronik (koran dan televisi) dari pada melihat media baru seperti sosial media yang sedang bertumbuh pesat di kawasan Asia Tenggara. Hal ini, menurut pembicara, karena media mainstream (cetak dan elektronik) memiliki regulasi yang dapat diatur sehingga lebih mudah untuk menyatukan dengan visi MEA itu sendiri. Sedangkan media baru hingga saat ini belum memiliki regulasi yang kuat dari setiap negara. Selain itu, data statistik menunjukan bahwa konsumsi atas media televisi masih jauh lebih besar dari media baru, sehingga dengan menggunakan media televisi atau cetak akan lebih tepat sasaran dalam meningkatkan kesadaran akan MEA itu sendiri.
Dalam seri diskusi itu sendiri juga menimbulkan pendapat yang bertentangan dari pembentukan MEA. Dimana beberapa peserta melihat komunitas Asean merupakan bagian dari kepentingan bisnis kalangan elit semata sehingga pembentukan komunitas Asean tidak akan memberikan keuntungan apa-apa bagi masyarakat kalangan bawah. Pembentukan komunitas Asean jelas menimbulkan pro dan kontra, namun yang terpenting adalah bagiamana masyarakat memiliki informasi yang baik atas hal tersebut, sehingga masyarakat dapat lebih mempersiapkan diri. Untuk itu, peran media massa menjadi penting dalam mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan segala kemungkinan yang akan terjadi, termaksud masyarakat Indonesia