• Tentang UGM
  • IT Center
  • English
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada
  • Home
  • About Us
    • Overview
    • Researcher
    • Partner Researcher
    • Partner Institution
    • Library
  • Research
  • Program
    • International Conference
    • SUMMER COURSE
    • CESASS Research Fellowship
    • INTERNSHIP
    • CESASS TALK
    • CESASS Chat
    • Previous Program
      • SEA Talk
      • SEA Chat
      • SEA Movie
    • Workshop
  • Publication
    • Journal
    • Book
    • Proceeding
  • Academic Essay
    • Culture & Linguistics
    • Digital Society
    • Economic and Social Welfare
    • Education
    • Media & Communication Studies
    • Law & Human Rights
    • Politics and International Relations
    • Article Guidelines
  • Home
  • Activity
  • [DIGITAL SOCIETY #7] Discussion Series “Islam Nusantara di Era Disruptif”

[DIGITAL SOCIETY #7] Discussion Series “Islam Nusantara di Era Disruptif”

  • Activity
  • 8 June 2021, 14.30
  • Oleh: pssat
  • 0

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM kembali mengadakan webinar “Digital Society” yang pada kesempatan kali ini merupakan discussion series yang ketujuh. Diskusi ini membahas tentang “Islam Nusantara di Era Disruptif”, sehingga PSSAT UGM menghadirkan K.H. Yahya Cholil Staquf, selaku Indonesian Islamic Scholar dan Katib AAM PBNU yang mempunyai pengalaman dan kapasitas untuk menjelaskan topik tersebut. Selanjutnya, diskusi ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Sunyoto Usman dari Departemen Sosiologi UGM sekaligus selaku inisiator dari komunitas “Digital Society”.

Webinar dibuka dengan sambutan dari Prof. Aris Ananta, M.Sc., Ph.D, kemudian dilanjutkan dengan K.H. Yahya yang menjelaskan tentang latar belakang dari islam nusantara. “Kampanye islam nusantara memang sengaja dirancang supaya menjadi isu besar, untuk menghadapi masalah besar islam, seperti gerakan terorisme dan radikalisme”, tutur K.H Yahya. Berbagai permasalahan terkait islam ini muncul dan berkaca melalui permasalahan yang timbul dari kawasasan dunia islam, atau kawasan Timur Tengah. Oleh karena itu, pentingnya menyuarakan semboyan “islam nusantara” ialah untuk memperkuat karakter islam yang berkembang di Indonesia.

K.H. Yahya melanjutkan pemaparannya dengan memberikan berberapa pernyataan bahwa Indonesia harus mempunyai karakteristik yang ideal, sehingga akan meminimalisir artikulasi islam yang bukan hanya sebagai perangkat norma-norma, tetapi sebagai realitas peradaban. “Saya berharap tidak ada definisi konkret terkait islam nusantara”, tegas K.H. Yahya yang berharap bahwa “islam nusantara” ini tidak berakhir pada definisi normatif, baik dari Nahdlatul Ulama (NU) atau lembaga keagamaan lainnya.

Masih selaras dengan pembahasan terkait norma, K.H. Yahya kembali menegaskan bahwa esensi norma semakin terancam. Berkaitan dengan hal ini, dunia internasional membutuhkan solusi untuk menciptakan stabilitas di tengah masyarakat. Di sisi lain, apabila retorika “islam nusantara” semakin masif digerakan, maka Indonesia mempunyai bargaining position untuk merubah tatanan dunia baru. “Ini merupakan modal yang besar”, tegas K.H. dengan keyakinannya atas “islam nusantara”.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=tBuOqedASyQ[/embedyt]

Tentang Pembicara:

K.H Yahya Cholil Staquf adalah tokoh Nahdlatul Ulama yang saat ini sedang menjabat sebagai Katib AAM Syuriah PBNU. Ia pernah menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada masa kepemimpinan Presiden ke-4 Republik Indonesia, K.H Yahya menjadi juru bicara kepercayaan Presiden Abdurrahman Wahid. Dakwah K.H Yahya tidak berhenti hanya di Indonesia, namun menjangkau hingga Negara Paman Sam. Pada tahun 2014, beliau menjadi salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yang bernama Bayt Ar-Rahmah Li adDa’wa Al-Islamiyah Rahmatan Li Al-alamin.

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Reviving Partnership with Pusat Riset Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Syiah Kuala (PRISB USK)
  • Re-Connecting Collaboration with Thammasat University Through Puey Ungphakorn School of Development Studies (PSDS)
  • SEASREP 2025 Conference: Celebrating 30 Years of Advancing Southeast Asian Studies
  • CESSAS Intern Participated in IGSSCI Conference
  • Reviewing the Ongoing Internship Program with Acicis
Universitas Gadjah Mada

Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin | 

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY