• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • ASEAN Day
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK (Forum Diskusi)
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Aktivitas
  • [SEA Talk #15] Ironi Dunia Korporasi di Indonesia

[SEA Talk #15] Ironi Dunia Korporasi di Indonesia

  • Aktivitas, SEA Talk_ind
  • 6 Juli 2017, 12.27
  • Oleh: pssat
  • 0

Bentuk korupsi yang terjadi pada sektor swasta antara lain adalah masalah perijinan, pengadaan barang dan jasa, politik uang, penyuapan dan pasal siluman. Pasal siluman adalah pasal-pasal dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) yang masuk ke dalam naskah atas peran pihak swasta. Tidak hanya itu, pasal semacam ini bahkan bisa muncul dalam produk hukum di bawahnya seperti Peraturan Menteri. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Rimawan Pradiptyo, dosen Departemen Ekonomi, FEB UGM, dalam diskusi rutin SEA-Talks #15 pada Kamis, 15 Juni 2017.

Beneficiary Ownership untuk Pencegahan Korupsi,  Pencucian Uang,  Kejahatan Korporasi  dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menjadi topik bahasan utama pada SEA-Talks edisi kali ini. Dr. Rimawan memaparkan bahwa selama ini penjeratan korporasi belum diatur secara rinci. Keberadaan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) tersebut diharapkan mampu mendorong KPK menjerat pengendali utama perusahaan. “KPK sebenarnya dapat menjerat pengendali utama perusahaan, yang biasanya tak terlihat dalam struktur. Namun dia adalah orang yang mendapatkan manfaat utama dari perusahaan,” kata Rimawan

Dosen sekaligus peneliti di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini juga membenarkan bahwa ada banyak sektor yang belum diatur secara jelas. Beberapa di antaranya adalah sektor swasta nasional, swasta multi-nasional dan lembaga nirlaba. Ia menyebutkan bahwa di sektor-sektor tersebut ada area gelap karena lembaga negara tidak bisa menindak jika terdapat tindakan korupsi, baik itu Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Rimawan juga menyoroti peran pemerintah dan DPR dalam kaitannya dengan penyusunan RUU. Seharusnya, hanya ada dua pihak yang bisa mengusulkan sebuah RUU, yaitu pemerintah dan DPR. Tetapi menurutnya, terdapat RUU yang merupakan usulan dari sektor swasta. Padahal tidak seharusya kalangan bisnis menawarkan produk aturan hukum, baik ke kementerian maupun lembaga. Kondisi ini akan menimbulkan ketidakjelasan mengenai siapa penentu aturan dan siapa pihak yang seharusnya menerima aturan itu, yaitu sektor swasta.

“Inilah fenomena yang terjadi di Indonesia, di negara lain tidak boleh ada asosiasi pengusaha atau pedagang tapi di Indonesia masih ada. Padahal asosiasi pedagang, pasti menciptakan kartel, teorinya sudah ada sejak era Adam Smith. Pengusaha itu jarang berkumpul, tetapi kalau sudah kumpul, yang akan dilakukan pasti adalah manipulasi harga untuk merugikan konsumen, untuk mengeksploitasi pasar. Pertanyaannya adalah, mengapa kemudian seluruh kementerian dan lembaga itu paling senang kalau berurusan dengan asosiasi,” ungkap Rimawan. GP

Recent Posts

  • CESASS UGM menyambut perwakilan dari Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • PSSAT UGM selenggarakan The 17th International Asian Urbanization Conference
  • Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menjadi pembicara pada acara Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Menyambut Kunjungan Pimpinan Harvard-Yenching Institute
  • Seminar dan Monitoring-Evaluasi Akhir RKI 2024 Proyek Riset “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju