• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • ASEAN Day
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK (Forum Diskusi)
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Aktivitas
  • [SEA Talk #21] Kekuatan Perusahaan dan Tata Kelola Global: Penambang Australia di Indonesia

[SEA Talk #21] Kekuatan Perusahaan dan Tata Kelola Global: Penambang Australia di Indonesia

  • Aktivitas, SEA Talk_ind
  • 12 Mei 2018, 14.04
  • Oleh: pssat
  • 0

Pada hari Jumat (11/5/18), SEA Talk #21 dilaksanakan dengan tema “Corporate Power and Global Governance: Australian Miners in Indonesia. Pembicara pada kegiatan ini adalah Lian Sinclair dari Murdoch University Australia. Topik yang diangkat pada SEA Talk #21 terkait dengan kerja lapangannya yang meneliti tentang perusahaan tambang asal Australia yang beroperasi di Kulonprogo, Kutai Barat, dan Halmahera Utara.

Lian memaparkan hipotesisnya bahwa perusahaan-perusahaan tambang cenderung diuntungkan oleh sistem tata kelola global (PBB, WTO, dan lain sebagainya) saat terjadi konflik dengan warga setempat. Salah satu strategi yang diterapkan guna menyelesaikan konflik adalah melalui CSR (Corporate Social Responsibility). CSR membantu perusaahan untuk meredakan konflik karena warga setempat dilibatkan dalam proses manajemen perusahaan. Akan tetapi, masih banyak konflik yang terjadi karena lokalitas permasalahan dari setiap konflik.

Pada akhir diskusi, Lian memberikan kesimpulan dengan menjelaskan siklus konflik. Konflik antara perusahaan dan warga setempat meluas sehingga menarik perhatian publik secara nasional. Konflik pun berlarut-larut hingga harus dibahas dalam sebuah forum diskusi internasional yang melibatkan sistem Tata Kelola Global. Kesepakatan-kesepatana yang dicapai seringkali semakin menambah kekuatan perusahaan. Oleh karena itu, konflik yang diselesaikan melalui sistem Tata Kelola Global cenderung hanya berubah bentuk dan terulang kembali. (Endo)

Recent Posts

  • CESASS UGM menyambut perwakilan dari Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • PSSAT UGM selenggarakan The 17th International Asian Urbanization Conference
  • Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menjadi pembicara pada acara Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Menyambut Kunjungan Pimpinan Harvard-Yenching Institute
  • Seminar dan Monitoring-Evaluasi Akhir RKI 2024 Proyek Riset “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju