Meningkatnya pengguna internet berimplikasi pada peningkatan eksistensi portal berita online. Dilansir dari data Kominfo tahun 2018, sebanyak 43.000 portal berita online telah beredar dan hanya 200 diantaranya yang terverifikasi sehingga media online kini bias akan post-truth. Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) menggelar SEA CHAT #23 oleh Lucia Yuriko dengan tajuk “Fenomena Post-Truth di Media Online” dengan fokus bahasan pada pemberitaan Livi Zheng dalam portal berita tirto.id.
“Post-truth adalah keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dibandingkan dengan opini atau emosional pribadi” tutur mahasiswi Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Yogyakarta tersebut pada Rabu (11/03/2020) di Perpustakaan PSSAT UGM.
Pemberitaan Livi Zheng ramai sejak akhir tahun 2018 hingga 2019. Nama Livi Zheng mencuat sejak adanya klaim dari dirinya sebagai sutradara Hollywood. Selain itu, Livi juga menyatakan bahwa filmnya masuk dalam nominasi Best Picture di Oscar. Heboh pemberitaan diberbagai portal berita, termasuk tirto.id, yang turut membanggakan Livi, di awalnya, berkat klaimnya tersebut.
Lucia meneliti empat artikel yang ditayangkan oleh tirto.id. Dua diantaranya artikel yang membanggakan Livi dengan berbagai klaimnya, sedangkan lainnya, artikel selepas menguatnya kabar bahwa klaim yang dilontarkan Livi hanyalah bualan belaka. Menurutnya, dua artikel pertama yang diterbitkan dengan membanggakan pencapaian Livi ini tidak ada marjinalisasi. Selain itu, tirto juga mengajak pembacanya untuk turut serta melihat kesuksesan pencapaian Livi.
Berbeda halnya dengan dua artikel yang diterbitkan oleh tirto pasca pemberitaan ‘miring’ tentang Livi. Artikel tersebut menyoroti publisitas berlebihan, melakukan marjinalisasi, dan banyak kalimat sindiran. Perbedaan konstruksi bahasa yang digunakan dalam pemberitaan awal dan akhir tersebut berpengaruh besar terhadap persepsi yang diterima pembaca.
Beberapa fakta ini menunjukkan fenomena post-truth yang menerpa Tirto. Menurut Lucia, Tirto terkena terpaan post-truth karena abai verifikasi data. Tirto hanya mengikuti tren yang beredar di mana hal ini kontradiksi dengan tagline yang disandang oleh tirto “mengalir jernih mencerahkan”. Padahal di sisi lain, Tirto dalam pemberitaan Livi Zheng memiliki posisi yang dominan.
“Media seharusnya punya kesadaran bahwa memiliki peran besar dalam membentuk pandangan dan keadaan sosial. Selain itu, masyarakat harus lebih selektif dalam membaca berita dan jangan mudah percaya karena belum tentu kebenarannya.” Ujar Lucia sebagai penutup.