• Tentang UGM
  • IT Center
  • English
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada
  • Home
  • About Us
    • Overview
    • Researcher
    • Partner Researcher
    • Partner
    • Library
  • Research
  • Program
    • International Conference
    • SUMMER COURSE
    • CESASS Research Fellowship
    • INTERNSHIP
    • CESASS TALK
    • CESASS Chat
    • Previous Program
      • SEA Talk
      • SEA Chat
      • SEA Movie
    • Training
      • Workshop Kominfo
  • Publication
    • Journal
    • Book
    • Proceeding
  • Academic Essay
    • Culture & Linguistics
    • Digital Society
    • Economic and Social Welfare
    • Education
    • Media & Communication Studies
    • Law & Human Rights
    • Politics and International Relations
    • Article Guidelines
  • Home
  • Activity
  • SEA CHAT #23 : Fenomena Post-Truth di Media Online

SEA CHAT #23 : Fenomena Post-Truth di Media Online

  • Activity
  • 11 March 2020, 16.10
  • Oleh: pssat
  • 0

Meningkatnya pengguna internet berimplikasi pada peningkatan eksistensi portal berita online. Dilansir dari data Kominfo tahun 2018, sebanyak 43.000 portal berita online telah beredar dan hanya 200 diantaranya yang terverifikasi sehingga media online kini bias akan post-truth. Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) menggelar SEA CHAT #23 oleh Lucia Yuriko dengan tajuk “Fenomena Post-Truth di Media Online” dengan fokus bahasan pada pemberitaan Livi Zheng dalam portal berita tirto.id.

“Post-truth adalah keadaan di mana fakta objektif kurang berpengaruh dibandingkan dengan opini atau emosional pribadi” tutur mahasiswi Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Yogyakarta tersebut pada Rabu (11/03/2020) di Perpustakaan PSSAT UGM.

Pemberitaan Livi Zheng ramai sejak akhir tahun 2018 hingga 2019. Nama Livi Zheng mencuat sejak adanya klaim dari dirinya sebagai sutradara Hollywood. Selain itu, Livi juga menyatakan bahwa filmnya masuk dalam nominasi Best Picture di Oscar. Heboh pemberitaan diberbagai portal berita, termasuk tirto.id, yang turut membanggakan Livi, di awalnya, berkat klaimnya tersebut.

Lucia meneliti empat artikel yang ditayangkan oleh tirto.id. Dua diantaranya artikel yang membanggakan Livi dengan berbagai klaimnya, sedangkan lainnya, artikel selepas menguatnya kabar bahwa klaim yang dilontarkan Livi hanyalah bualan belaka. Menurutnya, dua artikel pertama yang diterbitkan dengan membanggakan pencapaian Livi ini tidak ada marjinalisasi. Selain itu, tirto juga mengajak pembacanya untuk turut serta melihat kesuksesan pencapaian Livi.

Berbeda halnya dengan dua artikel yang diterbitkan oleh tirto pasca pemberitaan ‘miring’ tentang Livi. Artikel tersebut menyoroti publisitas berlebihan, melakukan marjinalisasi, dan banyak kalimat sindiran. Perbedaan konstruksi bahasa yang digunakan dalam pemberitaan awal dan akhir tersebut berpengaruh besar terhadap persepsi yang diterima pembaca.

Beberapa fakta ini menunjukkan fenomena post-truth yang menerpa Tirto. Menurut Lucia, Tirto terkena terpaan post-truth karena abai verifikasi data. Tirto hanya mengikuti tren yang beredar di mana hal ini kontradiksi dengan tagline yang disandang oleh tirto “mengalir jernih mencerahkan”. Padahal di sisi lain, Tirto dalam pemberitaan Livi Zheng memiliki posisi yang dominan.

“Media seharusnya punya kesadaran bahwa memiliki peran besar dalam membentuk pandangan dan keadaan sosial. Selain itu, masyarakat harus lebih selektif dalam membaca berita dan jangan mudah percaya karena belum tentu kebenarannya.” Ujar Lucia sebagai penutup.

Tags: seachat

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • A Dream Realised: Timor-Leste Welcomed as ASEAN’s Newest Member
  • CESASS Talk Series #6: “Desalination at Indonesia’s Industrial Frontier: Approaches to Water Supply in the Green Transition”
  • CESASS CHAT #3: “Talent Migration and Economic Growth in Indonesia: Balancing Brain Drain, Brain Gain, and Institutional Capacity” by Jauza Rifa Abdurrafi
  • CESASS UGM Participated in ACICIS NGO Fair 2025
  • Marine Infrastructure as a Security Dilemma: The Evolving Dimension of Subsea Cable Projects in Southeast Asia
Universitas Gadjah Mada

Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin | 

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY