• Tentang UGM
  • IT Center
  • English
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada
  • Home
  • About Us
    • Overview
    • Researcher
    • Partner Researcher
    • Partner
    • library
  • Research
    • Research
  • Program
    • The 17th International Asian Urbanization Conference
    • SUMMER COURSE
      • SUMMER COURSE 2021
      • SUMMER COURSE 2022
      • SUMMER COURSE 2023
      • SUMMER COURSE 2024 COMMUNICATING THE ASEAN IDENTITY THROUGH POPULAR CULTURE
      • SUMMER COURSE 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
      • SUMMER COURSE 2024 SMART CITY, DIGITAL TRANSFORMATION AND SOCIETY IN SOUTHEAST ASIA
      • SUMMER COURSE 2025 SMART CITY, DIGITAL TRANSFORMATION, AND SOCIETY IN SOUTHEAST ASIA
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science (2018)
      • Symposium on Social Science (2020)
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • INTERNSHIP
      • DOMESTIC INTERNSHIP
      • INTERNATIONAL INTERNSHIP
      • Intern’s Activities
      • Intern’s Essay
    • ASEAN Day
    • Workshop Kominfo
  • Publication
    • Book
    • Journal
    • Proceeding
  • Academic Essay
    • Culture & Linguistics
    • Digital Society
    • Economic and Social Welfare
    • Education
    • Media & Communication Studies
    • Law & Human Rights
    • Politics and International Relations
    • Article Guidelines
  • Home
  • Activity
  • [SEATALK PSSAT #34] Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial

[SEATALK PSSAT #34] Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial

  • Activity, SEA Talk_eng
  • 1 June 2020, 15.18
  • Oleh: pssat
  • 0

Seri ketiga dalam Webinar SEATALK Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada yang dilaksanakan pada Selasa, 21 April 2020. Webinar ini mengundang I Gusti Agung Made Wardana Ph.D dari Departemen Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum UGM dan Dr. Aprinus Salam M.Hum, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM.

RELASI SOSIAL – EKOLOGIS DAN KENORMALAN BARU

“Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, kemungkinan akan kembali ke skenario business as usual atau munculnya kenormalan-kenormalan baru karena belum ada bahasan mengenai bagaimana seharusnya membangun relasi sosial dan ekologis,” tutur I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. dalam webinar SEATALK #34 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada hari Selasa (11/04/2020).

Diskusi webinar dengan topik Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial menghadirkan dua pembicara, yaitu I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. (Departemen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM) dan Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM). Covid-19 merupakan zoonosis sehingga tidak dapat dilepaskan dari relasi sosial dengan ekologis.

Agung secara runtut menyoroti kondisi manusia dengan alam pada saat sebelum pandemi, saat pandemi, dan pasca-pandemi. Menurut teori The Great Acceleration, dapat dilihat bagaimana laju kehilangan hutan di Kalimantan sejak tahun 1973 hingga 2020. Hilangnya hutan secara tidak langsung merupakan bermula dari tidak berfungsinya hukum lingkungan secara maksimal. Akibatnya, habitat alami satwa liar mengalami perusakan yang diikuti dengan perdagangan satwa liar yang memungkinkan terjadinya perpindahan penyakit dari satwa liar ke tubuh manusia. Dahulu, satwa liar dimanfaatkan dalam bidang pengobatan tradisional China, namun kini pemanfaatannya meluas hingga ke ranah kuliner dan fashion.

Indonesia merupakan pemasok satwa liar ke pasar dunia, termasuk trenggiling. Perdagangan ilegal satwa liar dari Jawa ke China sudah dimulai sejak tahun 1925. Pada tahun 2015-2018 di Indonesia terdapat 23 kasus perdagangan ilegal trenggiling berjumlah lebih dari 3.300 ekor dengan tujuan utama China. Data ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kontribusi secara tidak langsung bagi kemunculan Covid-19 karena Indonesia telah gagal mencegah laju perdagangan ilegal satwa liar ke tingkat dunia.

Pada saat terjadi pandemi, kebijakan lockdown dan physical distancing yang lazim diterapkan, berimbas pada menurunnya polusi dan pencemaran sehingga ada perbaikan lapisan ozon. Akan tetapi, di sisi lain terjadi penundaan penegakan hukum lingkungan yang dapat berdampak pada peningkatan kejahatan lingkungan oleh lemahnya pengawasan, mengesampingkan instrumen pencegahan kerusakan lingkungan, dan peningkatan sampah (plastik, medis, deterjen, dan lain sebagainya). Pasca-pandemi Covie-19, Agung menegaskan bahwa konsep reorientasi untuk menjaga keseimbangan manusia dengan alam sangat diperlukan untuk mencegah pandemi-pandemi pada masa mendatang. Selanjutnya, ketertinggalan ekonomi dapat dikejar.

Dr. Aprinus Salam menuturkan bahwa pandemi Covid-19 membawa dampak pada normalisasi-normalisasi baru tentang kehidupan dan kematian. Pandemi ini membuat kehidupan berubah. Ada normalisasi baru, seperti berkegiatan dari rumah, berkomunikasi dari rumah, dan tidak perlu berkontak fisik. Pun ada normalisasi baru tentang kematian.

“Pandemi Covid-19 ini adalah uji coba kita, dunia kehidupan seperti apa yang akan kita alami pada masa mendatang,” tutur Dr. Aprinus Salam.

Setiap kelas dalam masyarakat memiliki parameter normalisasi kehidupan dan kematian yang berbeda yang membentuk konfigurasi tataran kebudayaan dalam tingkat dunia. Lebih lanjut, Dr. Aprinus Salam menambahkan bahwa kebudayaan harus di-rethinking atau dikaji ulang karena ada potensi terbentuknya kesetimbangan new normal. Selama ini strategi budaya di dunia bisa berjalan dengan hal-hal yang tidak selalu material, tetapi juga denga hal yang tak kasat mata. Diperlukan strategi-strategi kebudayaan masa mendatang untuk mendapatkan kesetimbangan. Harus ada keseimbangan antara pencipta, manusia, alam, dan aspek lain utk ke depannya. Ketika hidup seimbang, maka hidup dinilai normal.

 

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • CESASS UGM hosted the Representative from Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • Center for Southeast Asian Social Studies UGM successfully held the 17th International Asian Urbanization Conference
  • Head of Centre for Southeast Asian Social Studies (PSSAT) UGM became a speaker at the Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Hosts Visit from Harvard-Yenching Institute Leaders
  • Seminar and Final Monitoring-Evaluation of RKI Research Project “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Center for Southeast Asian Social Studies
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin | 

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju