Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM kembali menyelenggarakan diskusi dengan isu-isu masyarakat digital yang relevan. Pada Jumat, 9 April 2021 yang lalu Digital Society #4 berhasil dilangsungkan dengan pembicara Dr. Budiono Santoso, Ph.D, SpFK, Novo Indarto, dan Dr. A. Siswanto, MSEM dari Medang Heritage Society. Israr Ardiasnyah sendiri bertindak sebagai moderator pada diskusi kali ini. Secara umum, ketiga pemaparan pembicara berkisar pada jejak peradaban Medang dan bagaimana sejarah tersebut mempengaruhi atau menjelaskan keadaan masyarakat pada masa kini.
Pembahasan Medang menjadi relevan karena pembangunan candi pada masa itu merupakan buah teknologi, ilmu pengetahuan, dan peradaban oleh nenek moyang kita, pun sebagian paradigma baru pada abad ke-21 sudah diterapkan di zaman Medang. Bapak Budiono mengelaborasikan jika Candi Borobudur sebagai salah satu peninggalan zaman Medang sudah menerapkan konsep bilangan biner dalam arsitekturnya. Peninggalan kebudayaan lain seperti batik, tari-tarian, teknologi kelautan, hingga sistem pasaran 5 hari juga sudah eksis sejak zaman Medang dan ditemui hingga kini. Di sisi lain, paradigma modern seperti otonomi daerah dan desentralisasi, kesetaraan gender telah hadir pada masa itu.
Pada sesi kedua, Bapak Siswanto melanjutkan pemaparan mengenai interelasi antara Galuh, Kalingga, dan Bhumi Mataram. Fakta sejarah bahwa Gunung Merapi secara berkelanjutan menumpahkan lahar sejak ±3.000 tahun yang lalu, memunculkan kemungkinan bahwa banyak peninggalan sejarah yang kini masih terpendam, tak terkecuali Bhumi Mataram. Beliau menambahkan “Sejarah bukan sebuah serpihan-serpihan, tapi sebuah kontinuitas yang masih berhubungan”. Penjelasan turut disertai dengan ilustrasi bagaimana dinamika terjadi di dalam kerajaan Medang sendiri dan bagaimana upaya kita untuk memahami fenomena tersebut.
Selanjutnya, Bapak Novo melanjutkan diskusi pada sesi ketiga dengan mengelaborasikan mengenai kerajaan Medang secara umum, bagaimana mereka muncul hingga runtuh, dan peninggalan yang ditemukan oleh akademisi di kemudian hari. Dengan berupaya memahami kerajaan Medang, sedikit demi sedikit dapat ditelaah kebudayaan masyarakat, tidak hanya di Medang melainkan wilayah sekitarnya, secara lebih jelas.
Di akhir diskusi diperoleh luaran bahwa diskursus mengenai Medang menunjukkan ciri keilmuan arkeologi yang memerlukan pengetahuan multidisipliner yang kolaboratif untuk dapat merekonstruksi dan mendekonstruksi sejarah secara komprehensif.
Please click: https://www.youtube.com/watch?v=e-y_QMaAL2M&t=269s&ab_channel=CenterforSoutheastAsianSocialStudiesUGMCenterforSoutheastAsianSocialStudiesUGM for detail.
Tentang Pembicara:
Dr. Budiono Santoso, Ph.D, SpFK merupakan konsultan independen dalam bidang kedokteran, sekaligus seorang spesialis farmakologi klinis. Ketertarikannya pada sejarah mendorong beliau mendirikan Medang Heritage Society pada tahun 2013.
Novo Indarto merupakan seorang pegiat pelestarian warisan Medang. Ia juga menginisiasi aktivitas kepenulisan oleh anggota Medang Heritage Society yang telah melahirkan dua buah buku.
Dr. A. Siswanto, MSEM merupakan seorang pegiat budaya yang tergabung dalam Medang Heritage Society. Ia juga aktif dalam mengajar Program Pascasarjana di Universitas Sarjana Tamansiswa, Yogyakarta.