Di era digital, serbuan berita palsu (fake news) dan hoax yang sarat kepentingan politik semakin meresahkan bagi para pembelajar kajian jurnalisme. Pada titik ini, kajian jurnalisme investigasi menjadi layak untuk didiskusikan kembali sebagai tolak ukur dari daya kritis media dalam menghadapi fake news dan hoax yang banyak diberitakan oleh media. Keadaan ini menjadikan aktivitas jurnalistik semakin problematis apalagi di tengah era Post-truth saat ini. Era Post-truth adalah masa dimana bertaburnya berita yang seolah-olah benar, padahal tidak sama sekali. Pada tahun 2016, istilah post-truth dijadikan sebagai words of the year oleh kamus Oxford.
2017
Konsep penginderaan jauh (remote sensing) sangat melekat dengan bidang ilmu eksakta, terutama ilmu Geografi dan ilmu Geologi. Namun,bagaimana jika remote sensing justru diaplikasikan pada ilmu sosial?
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM mengadakan workshop dengan tema “Geographical Information System Application on Social Sciences” bersama Prof. Magaly Koch, Ph.D dari Center for Remote Sensing, Boston University, Amerika Serikat yang diadakan di Ruang Indonesia, PSSAT UGM (6/11/2017). Workshop ini merupakan bagian dari program World Class Professor (WCP) Kemenristekdikti yang dilaksanakan oleh konsorsium PSSAT UGM, Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP) Universitas Diponegoro, dan Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana, Universitas Syiah Kuala. Prof. Magaly sendiri merupakan visiting professor di PKMBRP Universitas Diponegoro.
Dunia mengalami trauma hebat terkait persoalan perang. Sejarah modernitas dimulai sejak pasca abad pertengahan yang ditandai dengan kolonialisme dan imperialisme. Konsep perang pun termodernisasi yang nyata lewat perang dunia di awal abad 20, hingga perang dingin di tahun 1960-an. Kata “perang” menjadi momok yang menakutkan sekaligus keprihatinan agar hal ini tidak lagi terjadi. Sayangnya, kebangkitan negara-negara maju juga dibarengi dengan penciptaan senjata nuklir. Dengan tujuan menjaga keamanan dan kedaulatan negara, nuklir dianggap sebagai benteng pertahanan paling jitu untuk menggertak negara lawan. Hal yang kemudian menjadi persoalan besar adalah percobaan senjata nuklir sering dilakukan di negara-negara di luar negara pencipta nuklir sehingga membawa kerugian bagi masyarakat (negara) setempat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa media memiliki andil dalam menginformasikan isu-isu yang berhubungan dengan lingkungan, mulai dari perubahan iklim, pemanasan global, hingga bencana maritim. Oleh sebab itu, perspektif komunikasi sangat diperlukan untuk menjelaskan bagimana tindakan yang komunikatif dapat menciptakan public sphere yang mengakomodasi isu-isu lingkungan untuk membentuk sensivitas masyarakat.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada kembali kedatangan visiting professor dalam program World Class Professor (WCP) yang didukung oleh Kemenristekdikti. Profesor ketiga yang akan bekerja sama dengan para peneliti di PSSAT UGM adalah Prof. Dr. David Robie dari Auckland University of Technology (AUT), New Zaeland. Beliau merupakan pakar di bidang Jurnalisme terutama dalam isu-isu lingkungan. Selain menjadi akademisi, Prof. David juga merupakan jurnalis dan aktivis Greenpeace. Ia adalah legenda hidup dari peristiwa tenggelamnya kapal Rainbow Warrior di pasifik. Rainbow Warrior adalah kapal Greenpeace yang ditenggelamkan oleh agen inteligen Perancis karena melakukan aksi protes terhadap uji coba nuklir di lautan pasifik.
Wawasan mengenai kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu materi penting yang ditanamkan kepada generasi muda Indonesia sejak di bangku sekolah. Kebutuhan ini juga makin mendesak dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Dengan mempelajari Asia Tenggara, para siswa diharapkan dapat memiliki kesadaran sebagai bagian dari bangsa di kawasan Asia Tenggara, termasuk mengenal tentang organisasi ASEAN yang menaungi negara-negara di kawasan ini.
Hal inilah yang mendorong siswa-siswi SMA Negeri 1 (SMAN 1) Karanganyar, Jawa Tengah untuk berkunjung dan belajar ke Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Univesitas Gadjah Mada. Tujuan kedatangan mereka adalah sebagai bagian dari kegiatan outing class pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Direktur PSSAT UGM, Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni dan Dr.phil. Vissia Ita Yulianto selaku staf peneliti PSSAT menyambut kedatangan 50 siswa SMAN 1 Karanganyar yang didampingi guru mereka, Bapak Agus. Selanjutnya, para siswa kemudian belajar mengenai hal-hal tentang kawasan Asia Tenggara, seperti negara-negara apa saja yang termasuk dalam kawasan ini, budaya dan sejarah, perkembangan ekonomi, serta organisasi ASEAN. Untuk mendukung proses pembelajaran ini, Gharin Putra Yanotama selaku program manajer di PSSAT UGM menjadi fasilitator yang menjelaskan materi kepada para siswa.
Korupsi merupakan masalah krusial yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia, tak terkecuali negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Menurut laporan dari Transparency International tahun 2016, negara-negara di kawasan Asia Tenggara masih memiliki peringkat indeks persepsi korupsi (corruption perceptions index/cpi) yang cukup tinggi, yakni Kamboja (156), Laos (123), Vietnam (113), Filipina, Thailand, dan Timor Leste (101), serta Indonesia (90), sementara Brunei Darrusalam (41), dan Malaysia (55) memiliki cpi yang cukup baik. Hanya Singapura (7) satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki cpi yang paling baik sekaligus masuk 10 besar di dunia.
Jalur Sutra merupakan jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Barat dan Timur, seorang peneliti bernama Von Ricthofen berkebangsaan Jerman menamainya The Silk Road pada abad 18 M. Nama Jalur Sutra diambil karena komoditas perdagangan Tiongkok banyak berupa sutra. Frances Wood dalam bukunya The Silk Road : Two Thousand Years in the Heart of Asia mengatakan lintasan Jalur Sutra tersebut memiliki banyak cabang dari ibu kota Dinasti Tang Tiongkok di timur ke Roma, ibu kota Italia di barat. Jalur tersebut dibuka oleh seorang jenderal bernama Zhang Qian dari Dinasti Han. Menelusuri jalan itu akan melewati Afghanistan, Uzbekistan, Iran, dan sampai Alexandaria Mesir. Ditemukan juga cabang lain yang melewati Pakistan, Kabul, Afghanistan hingga Teluk Persia[1].
Pusat Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi (PUI-PT) merupakan pusat-pusat studi unggulan yang diberi mandat oleh Kemenristekdikti sebagai basis penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada memiliki dua PUI-PT dari 21 pusat studi yang ada di lingkup universitas, yaitu Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) dan Pusat Kajian Mitigasi dan Inovasi Teknologi Kebencanaan (GAMA-InaTEK).
Terkait hal ini, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes, Ph.D menerima tim asesor PUI-PT yaitu Dr. Triati D.K. Wungu (Institut Teknologi Bandung), Dr. Trio Adiono (Institut Teknologi Bandung), dan Dr. E. Bimo Arsono (Universitas Airlangga) yang berkunjung ke Rektorat UGM minggu lalu (13/10/2017). Kedatangan tim asesor bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari dua PUI-PT di UGM tersebut. Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan pusat-pusat studi ungulan, yaitu Dr. phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. selaku Kepala PSSAT UGM dan Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D. selaku peneliti dari Pusat Kajian Mitigasi dan Inovasi Teknologi Kebencanaan (GAMA-InaTEK).
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada kembali melanjutkan pelaksanaan program World Class Professor (WCP) Kemeristekdikti. Setelah sebelumnya mendatangkan Prof. Dr. Thomas Hanitzsch dari Ludwig-Maximillian University, Jerman dan Prof. Dr. Judith Schlehe dari Freiburg University, Jerman, para peneliti senior PSSAT UGM antara lain Dr. Budi Irawanto, Dr. Muhammad Sulhan, dan Dr. Bevaola Kusumasari melakukan kunjungan ke jurusan Ilmu Komunikasi, Auckland University of Technology (AUT) dan Pacific Media Center (PMC), AUT di Selandia Baru pada tanggal 3-10 Oktober 2017.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada menjamu kehadiran tamu dari Faculty of Liberal Arts, Universitas Thammasat, Thailand pada Senin (10/07/2017) lalu. Pertemuan ini dilakukan dalam rangka membahas agenda kerjasama antara PSSAT UGM dan Faculty of Liberal Arts, Universitas Thammasat. Kunjungan kali ini juga semakin memperat hubungan antara PSSAT UGM dan Universitas Thammast yang telah lama berkolaborasi dalam berbagai program seperti SEA-GATE dan Visiting Program.