Sebagai salah satu bentuk kerja sama antara PSSAT UGM dengan Universitas Freiburg, Prof. Dr. Judith Schlehe ditemani oleh peneliti dari PSSAT UGM Dr. Vissia Ita Yulianto membagikan ilmu mereka dalam bentuk workshop (08/03/18). Workshop yang diadakan di Ruang Indonesia Perpustakaan PSSAT UGM ini mengusung topik mengenai pengelolaan sampah yang masih menjadi salah satu masalah di Indonesia. Hal ini tentu sangat berpengaruh dengan stabilitas, termasuk stabilitas ekosistem bawah laut. Maka dari itu, penelitian ini mengambil studi kasus penelitian di wilayah maritim selatan di Yogyakarta yang termasuk bagian dari Kabupaten Gunung Kidul dengan judul “Waste, Worldview, Morality: An Inclusive Approach”.
Aktivitas
Ilmu sosial memiliki posisi dan kekuatan yang sentral untuk memahami masalah sosial, mengatur birokrasi, mengatur ekonomi, mengatur kebijakan dan komunikasi publik dalam mendukung kehidupan masyarakat baik di daerah maupun global. Masalah ketidakseimbangan sosial, multikulturalisme, religiusitas, intoleransi rasial, marginalitas, politik praktis, perdagangan manusia, hubungan kekuatan regional dan global, pekerja migran, dan aspek sosial dari bencana membutuhkan akademisi sosial-humaniora yang jelas untuk memahami dan memberikan arahan kepada pembuat kebijakan (dikutip dari Kerangka Acuan Kegiatan).
Masalahnya, Indonesia sebagai negara berkembang masih sangat membutuhkan pertolongan dari para ahli dan ilmuwan untuk melakukan pembangunan, terutama di bidang infrastruktur fisik, yang dinilai lebih mampu memberikan kontribusi praktis bagi masyarakat. Tanpa disadari, pemerintah membutuhkan pembangunan dalam bentuk fisik dan mengabaikan infrastruktur sosial. Dengan demikian, semakin hari, ilmu sosial nampaknya semakin tidak diperhatikan. Ini menunjukkan bahwa pemerintah belum melihat lebih jauh kontribusi riset berbasis ilmu sosial-humaniora.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM, yang didukung oleh Kemristekdikti, sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di bidang sosial mempertanyakan pengabaian ilmu sosial ini. Dengan demikian, PSSAT mengundang ilmuwan sosial untuk membahas disiplin mereka sendiri dan bahkan melewati batas disiplin mereka untuk menghadiri Diskusi Seri II dalam bentuk bincang-bincang yang bertajuk “Ilmu Sosial: Peran dan Tantangannya” (13/02/2018). Prof. Sjafri Sairin & Prof. Djoko Suryo, kepala PSSAT, Dr. Phil Hermin Indah Wahyuni, bersama dengan peneliti lain dari PSSAT yaitu Muhadi Sugiono, M.A., Dr. Phil. Vissia Ita Yulianto, Putu Yogi Paramitha, M.H., Fatkurrohman, M.Si, dan dua mahasiswa program doktor Departemen Kebijakan Publik dan Manajemen UGM membahas peran dan tantangan ilmu sosial di era ini.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara kembali mendapat kunjungan dari New Zealand. Tamu kali ini adalah Khairiah A. Rahman, M.A. dari School of Communication Studies, Auckland University of Technology dan Dr. Adam Brown dari Auckland Institute of Studies. Kunjungan mereka ke Kantor PSSAT UGM adalah untuk berbagi ilmu berkaitan dengan penulisan jurnal internasional. Kegiatan tersebut dikemas dalam workshop yang mengusung judul ‘Communicating and Publishing in International Academic Forum’.
Kendala perbedaan bahasa menjadi salah satu isu yang kerap dialami akademisi Indonesia saat akan menulis artikel berbahasa Inggris yang sesuai dengan kaidah internasional. Melihat fenomena tersebut PSSAT UGM berusaha menjembatani kesulitan tersebut dengan mengadakan workshop singkat mengenai penulisan dan penerbitan artikel ilmiah berskala internasional. Workshop yang berlangsung pada hari Kamis, 28 Desember 2017 ini dilaksanakan di Ruang Indonesia, Perpustakaan PSSAT UGM.
Setelah bekerja keras sejak bulan Agustus – November untuk merealisasikan program World Class Professor (WCP) Kemenristekdikti, konsorsium Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada, Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP/CoRem) Universitas Diponegoro, serta Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala menyelenggarakan seminar hasil penelitian bertema “Ecological Communication on Maritime Disaster Management in Southeast Asia” di Fakultas Teknik, Universitas Mataram (15/12/2017).
Salah satu upaya untuk mengembangkan kapasitas dan kinerja sebuah institusi adalah membangun kerjasaman dengan institusi lainnya. Hal tersebut juga dilakukan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada yang memulai kerjasaman dengan Departemen Kajian Asia Tenggara, Goethe Universität Frankfurt am Main (7/12/2017). Kepala PSSAT UGM, Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni didampingi oleh peneliti PSSAT UGM , antara lain Dr. Agus Suwignyo, Dr. phil. Vissia Ita Yulianto, Andi Awaluddin Fitrah, M.A., Aditya Indra Nugraha, S.Ant, dan Fitri Handayani, S.I.P. bertemu dengan Kepala Departemen Kajian Asia Tenggara Goethe Universität Frankfurt am Main, Prof. Dr. Arndt Graf.
Sebagai bentuk timbal-balik dari proses pertukaran ilmu dan joint publication, tim peneliti Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada melakukan kunjungan ke Jerman dari tanggal 25 November 2017 sampai 8 Desember 2017. Kunjungan ini merupakan kunjungan balik atas kedatangan dua profesor Jerman terdahulu, Prof. Thomas Hanitzsch (Ludwig-Maximilians-Universität München) dan Prof. Judith Schlehe (Albert-Ludwigs University of Freiburg) yang menjadi visiting professor dalam program World Class Professor (WCP) Kemenristekdikti.
Pada 12th Jogja-Netpac Asian Film Festival 2017, JAFF bekerja sama dengan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada untuk menyelenggarakan program “Public Lecture”. Tahun ini, Public Lecturelebih istimewa karena terdapat presentasi poster penelitian tentang sinema di Asia yang diorganisir oleh PSSAT UGM. Hasilnya, terdapat 9 presenter terpilih dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina yang turut andil dalam kegiatan ini.
Program Public Lecture dilaksanakan mulai dari tanggal 4-6 Desember 2017 di Ruang Seminar Lt.2 Perpustakaan Pusat UGM. Terdapat enam sesi selama tiga hari pelaksanaan yang meliputi seminar, diskusi, peluncuran buku, dan presentasi riset poster. Tema-tema yang dibahas dalam forum ini merupakan turunan dari tema besar JAFF tahun ini yaitu “Fluidity” seperti “Film and Art Performance”, “Indonesian Film Audience”, “Asia Pacific in the Digital World”, “Distribution and Film Funding”, “ASEAN Identity in the Short Films”, dan diskusi buku Film, Ideologi, dan Militer karya Budi Irawanto dan Cultural Specificity in Indonesian Films: Unity in Diversity karya David Hanan.
Hujan baru saja reda saat Prof. Cherian George, profesor bidang Ilmu Komunikasi di Hongkong Baptist University, melangkah masuk ke kantor Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (23/11/2017). Kedatangan profesor asal Singapura ini di Yogyakarta untuk menjadi salah satu pembicara dalam International Seminar on Social and Political Science (ISSOCP) 2017 dalam rangka Dies Natalis 62 tahun Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada di University Club UGM pada tanggal 23-24 November 2017.
Berbagi pengetahuan tidak saja menjadi tugas perguruan tinggi kepada publik, tetapi juga bagi sesama perguruan tinggi agar dapat saling belajar satu sama lain untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai lembaga. Sebagai satu-satunya Pusat Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi (PUI-PT) bidang ilmu sosial, Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada menerima kunjungan dari perwakilan Universitas Negeri Malang (UM), Bapak Arda Purnama Putra, M.Pd. Tujuan kunjungan beliau ke PSSAT UGM adalah untuk mempelajari pengelolaan PUI-PT.
Di era digital, serbuan berita palsu (fake news) dan hoax yang sarat kepentingan politik semakin meresahkan bagi para pembelajar kajian jurnalisme. Pada titik ini, kajian jurnalisme investigasi menjadi layak untuk didiskusikan kembali sebagai tolak ukur dari daya kritis media dalam menghadapi fake news dan hoax yang banyak diberitakan oleh media. Keadaan ini menjadikan aktivitas jurnalistik semakin problematis apalagi di tengah era Post-truth saat ini. Era Post-truth adalah masa dimana bertaburnya berita yang seolah-olah benar, padahal tidak sama sekali. Pada tahun 2016, istilah post-truth dijadikan sebagai words of the year oleh kamus Oxford.