Korupsi merupakan masalah krusial yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia, tak terkecuali negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Menurut laporan dari Transparency International tahun 2016, negara-negara di kawasan Asia Tenggara masih memiliki peringkat indeks persepsi korupsi (corruption perceptions index/cpi) yang cukup tinggi, yakni Kamboja (156), Laos (123), Vietnam (113), Filipina, Thailand, dan Timor Leste (101), serta Indonesia (90), sementara Brunei Darrusalam (41), dan Malaysia (55) memiliki cpi yang cukup baik. Hanya Singapura (7) satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki cpi yang paling baik sekaligus masuk 10 besar di dunia.
Aktivitas
Pusat Unggulan Ipteks Perguruan Tinggi (PUI-PT) merupakan pusat-pusat studi unggulan yang diberi mandat oleh Kemenristekdikti sebagai basis penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada memiliki dua PUI-PT dari 21 pusat studi yang ada di lingkup universitas, yaitu Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) dan Pusat Kajian Mitigasi dan Inovasi Teknologi Kebencanaan (GAMA-InaTEK).
Terkait hal ini, Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, drg. Ika Dewi Ana, M.Kes, Ph.D menerima tim asesor PUI-PT yaitu Dr. Triati D.K. Wungu (Institut Teknologi Bandung), Dr. Trio Adiono (Institut Teknologi Bandung), dan Dr. E. Bimo Arsono (Universitas Airlangga) yang berkunjung ke Rektorat UGM minggu lalu (13/10/2017). Kedatangan tim asesor bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari dua PUI-PT di UGM tersebut. Pertemuan ini juga dihadiri oleh perwakilan pusat-pusat studi ungulan, yaitu Dr. phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. selaku Kepala PSSAT UGM dan Teuku Faisal Fathani, S.T., M.T., Ph.D. selaku peneliti dari Pusat Kajian Mitigasi dan Inovasi Teknologi Kebencanaan (GAMA-InaTEK).
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada kembali melanjutkan pelaksanaan program World Class Professor (WCP) Kemeristekdikti. Setelah sebelumnya mendatangkan Prof. Dr. Thomas Hanitzsch dari Ludwig-Maximillian University, Jerman dan Prof. Dr. Judith Schlehe dari Freiburg University, Jerman, para peneliti senior PSSAT UGM antara lain Dr. Budi Irawanto, Dr. Muhammad Sulhan, dan Dr. Bevaola Kusumasari melakukan kunjungan ke jurusan Ilmu Komunikasi, Auckland University of Technology (AUT) dan Pacific Media Center (PMC), AUT di Selandia Baru pada tanggal 3-10 Oktober 2017.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada menjamu kehadiran tamu dari Faculty of Liberal Arts, Universitas Thammasat, Thailand pada Senin (10/07/2017) lalu. Pertemuan ini dilakukan dalam rangka membahas agenda kerjasama antara PSSAT UGM dan Faculty of Liberal Arts, Universitas Thammasat. Kunjungan kali ini juga semakin memperat hubungan antara PSSAT UGM dan Universitas Thammast yang telah lama berkolaborasi dalam berbagai program seperti SEA-GATE dan Visiting Program.
Setiap individu di dunia ini mempunyai hak untuk hidup damai dan merasakan kebebasan. Dua hal tersebut masih menjadi barang mahal bagi etnis Rohingya di Myanmar sana. Setelah sesi SEA Talks 17 yang membahas mengenai krisis Rohingya dari sisi sejarah dan latar belakangnya, PSSAT UGM kembali mengadakan diskusi SEA Talks 18 yang bertajuk “Rohingya: Perspektif Hukum HAM Internasional”. Diskusi kali ini mengundang Eko Riyadi, M.H. dari Pusat Studi HAM Universitas Islam Indonesia dan Muhadi Sugiono, M.A yang juga menjadi salah satu peneliti di PSSAT UGM sebagai narasumber. Kerjasama antar kedua instansi ini merupakan wujud partisipasi aktif Pusham UII dan PSSAT UGM yang sama-sama berfokus pada kajian akademik HAM di Asia Tenggara.
Myanmar adalah sebuah negara Indo-China yang dahulu dikenal dengan nama Burma telah mengalami gejolak perang saudara yang sangat lama. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1948, Myanmar kerap menghadapi konflik antar etnis yang membuatnya dikecam negara lain. Aung San Suu Kyi, negarawan yang meraih nobel perdamaian tahun 1991 pun dianggap tidak serius dalam menangani konflik berkepanjangan di negaranya.
Menyingkapi konflik Rohingya yang saat ini menjadi perhatian dunia, tak terkecual di Indonesia, SEA Talks #17 kali ini mengundang Dr. Budiawan yang merupakan pengajar di Prodi Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana UGM sebagai pembicara. Topik yang disajikan adalah “Krisis Rohingya dan Problema Nasionalisme-Religius” yang dimulai dengan pelacakan historis keberadaan orang Rohingya sampai asumsi yang menggerakkan kejahatan genosida terhadap etnis Rohingya dan etnis minoritas lain di Myanmar. Diskusi ini dibuka dengan pemaparan opini dari beberapa tokoh dan lembaga Indonesia yang menegaskan bahwa krisis Rohingya bukan hanya merupakan konflik agama melainkan multidimensi. Mengutip pernyataan dari Dr. Budiawan, “Krisis Rohingya memang bukan konflik agama dalam arti sebagai konflik apalagi semata-mata karena perbedaan agama, akan tetapi Krisis Rohingya tidak bisa dilepaskan dari persoalan perbedaan agama dan etnis antara etnis Burma (Buddha) dan etnis Rohingya (Muslim).”
Perubahan iklim merupakan bencana yang tak sepenuhnya datang dari alam. Manusia juga turut berkontribusi mempercepat keadaan ini dengan perilaku yang tak ramah dengan lingkungan, antara lain menebang pohon, pemborosan air, hingga penggunaan sampah plastik dalam jumlah besar. Indonesia menyumbang 9 juta ton/tahun sampah plastik yang dari jumlah tersebut, 3,6 juta ton sampah berakhir di laut. Keadaan ini membuat Indonesia menjadi negara yang menyumbang sampah plastik terbesar di Asia Tenggara.
Menyingkapi persoalan ekologi yang menanti manusia, Prof. Judith Schlehe (Freiburg University, Jerman) dan tim peneliti dari Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian yang menyoroti sampah sebagai bencana lingkungan yang diciptakan manusia. Bersama Dr.phil.Vissia Ita Yulianto, salah satu peneliti PSSAT UGM, Prof. Judith Schlehe memaparkan hasil penelitian mereka di kota Yogyakarta, Bantul, Gunungkidul, dan sepanjang pantai di Laut Selatan Jawa. Penelitian ini menjadi bagian dari penelitian Komunikasi Ekologi dalam Penanggulangan Bencana Maritim di Asia Tenggara dalam program World Class Profesor (WCP).
Rasa bahagia terpancar dari wajah Khoo Yi Feng saat berkunjung ke kantor Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (20/9). Alumni National University of Singapore (NUS) ini serasa kembali ke “rumah” setelah ia mengikuti program SEA Gate yang diselenggarakan oleh PSSAT di tahun 2015. Pada SEA-Chat kali ini, PSSAT mengundang Yi Feng untuk berbagi dengan para mahasiswa yang ingin mengetahui tentang Singapura dengan tema “Apa Kabar Singapura?”. Yi Feng sendiri adalah pengagas program SEA-Chat maka tak heran jika ia sangat senang mengetahui program yang diinisiasinya masih berlanjut.
Pembahasan perihal aksi unjuk rasa 411 dan 212 di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Baik pihak yang pro maupun kontra terus bermunculan. Dengan berpegang teguh pada argumen dan paham masing-masing, mereka terus memperbanyak massa dan pengikut. Dalam SEA-Talks #16 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada (30/8) silam, aksi 212 dikupas oleh pembicara Dr.Abdul Gaffar Karim, dosen jurusan Politik dan Pemerintahan, Fisipol, UGM dalam diskusi bertema “Radikalisme Dan Unattended Communities”.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada berhasil menggelar program SEA Chat di Perpustakaan PSSAT (28/8) lalu. Menariknya, acara kali ini secara khusus diikuti oleh siswa-siswi dan guru SMP Tumbuh, Yogyakarta. SMP Tumbuh merupakan sekolah menegah pertama yang terkenal karena mengusung inklusivitas dalam proses pembelajarannya. SMP yang inklusif dimaksudkan untuk menerima segala macam keberagaman mulai dari agama, kepercayaan, etnis, latar belakang ekonomi, hingga kemampuan mental.