• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • Konferensi Internasional
      • Konferensi Urbanisasi Asia Internasional ke-17
      • SEA MCA 2021
      • Symposium on Social Science 2020
      • Symposium on Social Science 2018
    • SUMMER COURSE
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • CESASS Research Fellowship
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • CESASS TALK
    • CESASS Chat
    • Program Sebelumnya
      • SEA Talk
      • SEA Chat
      • SEA Movie
    • Pelatihan
      • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • Buku
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Magang
  • Aktivitas Magang
  • SEA CHAT #39 – Menuju Pandangan Transnasional: Pencak Silat di Amerika Serikat oleh Dyny Wahyu Seputri

SEA CHAT #39 – Menuju Pandangan Transnasional: Pencak Silat di Amerika Serikat oleh Dyny Wahyu Seputri

  • Aktivitas Magang
  • 10 Maret 2023, 13.11
  • Oleh: pssat
  • 0

Pada hari Senin (6/3/2023) salah seorang pemagang bernama Dyny Wahyu Seputri yang sedang menempuh pendidikan Master di jurusan American Studies, Universitas Gadjah Mada mempresentasikan riset tesisnya yang berjudul “Towards a Transnational View: Pencak Silat in the United States of America” dalam sebuah forum di kantor PSSAT. Forum tersebut merupakan Seachat ke-39 yang merupakan salah satu kegiatan intern di PSSAT. Pemateri memberikan gagasannya mengenai arah perkembangan bela diri Pencak Silat di Amerika Serikat.

Pertama, pemateri membuka diskusi dengan membahas makna transnasional dalam konteks American Studies. Makna transnasional tersebut dapat mengacu pada banyak aspek, yakni ekonomi, politik, sastra, dan sosial budaya. Dalam hal ini Pencak Silat masuk ke dalam aspek sosial budaya karena merupakan tradisi Indonesia yang diadopsi dan dikembangkan di negara Amerika Serikat. Dalam hal ini nilai-nilai Pencak Silat diadopsi dan dikembangkan disana sebagai edukasi dan lain sebagainya.

Kedua, pemateri menjelaskan sejarah Pencak Silat yang dipercaya muncul di abad ke-7 atau 9 masehi dengan ditemukannya bukti relief di Candi Prambanan, Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1980 Pencak Silat pertama kali diintroduksi ke Amerika lewat sekolah Al-Azhar yang berlokasi di Virginia. Dari sinilah kemudian didirikan Silat Institute Virginia yang menaungi beberapa aliran silat di Amerika seperti Merpati Putih, Tapak Suci, Silek Harimau, Cimande, dan lain-lain. Di Silat Institute tersebut, bukan hanya para praktisi silat yang dapat mengikuti pertandingan, namun para pemula juga boleh mengikutinya.

Ketiga, pemateri menunjukkan bahwa perkembangan Pencak Silat di Amerika memiliki beberapa asimilasi budaya dalam hal bahasa, yakni menggunakan bahasa Indonesia untuk peragaan jurusnya, dan sang guru silat juga berusaha untuk memasukkan unsur spiritualitas, dengan mengajak muridnya melakukan buka bersama dan bahkan shalat teraweh.

Terakhir, pemateri memaparkan opininya mengenai pro dan kontra perkembangan Pencak Silat di Amerika. Dari sisi positif, Pencak Silat memungkinkan adanya perkembangan lintas budaya, bukan hanya dari aspek bela diri namun juga bahasa, kebudayaan, tradisi, dan lain-lain. Selain itu Pencak Silat juga dapat meningkatkan persabahatan antar kedua negara, yakni Indonesia dan Amerika dan juga berpotensi menjadi global consumption dalam artian dikonsumsi secara luas melalui pertunjukkan seni atau film layar lebar sehingga lebih dikenal oleh masyarakat global.

Dari sisi negatif, Pencak Silat dapat mengalami Amerikanisasi yakni berbaur dengan budaya Amerika (melting pot) sehingga kemungkinan terdapat hal-hal yang tidak tersampaikan dari sisi kesejarahan atau nilai-nilai filosofisnya. Selain itu, Pencak Silat jika dikonsumsi secara global maka terdapat potensi lemahnya control over border sehingga Indonesia tidak dapat mengontrolnya secara penuh. Jika tidak terkontrol maka, Pencak Silat bisa dikembangkan lebih lanjut oleh orang luar negeri.

Diskusi diteruskan dengan pembahasan mengenai kemungkinan transnational negativity dan perkembangan Pencak Silat di kancah internasional.

oleh: Ganggas Prakosa Sigit Wibowo

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Recent Posts

  • Inovasi dan Sistem Pengelolaan Sampah yang Smart untuk Mendukung Implementasi Smart City di Ibu Kota Nusantara
  • PSSAT UGM Menyelenggarakan Webinar Series GEO-PW #6 dan Focus Group Discussion Kelanjutan Pembangunan Ibu Kota Negara: Aspek Penguatan dan Pembatasan
  • CESASS UGM dan SEALC NCCU Adakan Pertemuan Strategis untuk Memperkuat Kemitraan Regional
  • Penandatanganan MoU Kolaborasi Jurnal antara COMICOS 2026 dan IKAT: The Indonesian Journal of Southeast Asian Studies
  • PSSAT UGM Menerima Kunjungan Director of Government Affairs & Strategic Collaborations, Grab Indonesia
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju