Pada hari Senin (6/3/2023) salah seorang pemagang bernama Dyny Wahyu Seputri yang sedang menempuh pendidikan Master di jurusan American Studies, Universitas Gadjah Mada mempresentasikan riset tesisnya yang berjudul “Towards a Transnational View: Pencak Silat in the United States of America” dalam sebuah forum di kantor PSSAT. Forum tersebut merupakan Seachat ke-39 yang merupakan salah satu kegiatan intern di PSSAT. Pemateri memberikan gagasannya mengenai arah perkembangan bela diri Pencak Silat di Amerika Serikat.
Pertama, pemateri membuka diskusi dengan membahas makna transnasional dalam konteks American Studies. Makna transnasional tersebut dapat mengacu pada banyak aspek, yakni ekonomi, politik, sastra, dan sosial budaya. Dalam hal ini Pencak Silat masuk ke dalam aspek sosial budaya karena merupakan tradisi Indonesia yang diadopsi dan dikembangkan di negara Amerika Serikat. Dalam hal ini nilai-nilai Pencak Silat diadopsi dan dikembangkan disana sebagai edukasi dan lain sebagainya.
Kedua, pemateri menjelaskan sejarah Pencak Silat yang dipercaya muncul di abad ke-7 atau 9 masehi dengan ditemukannya bukti relief di Candi Prambanan, Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1980 Pencak Silat pertama kali diintroduksi ke Amerika lewat sekolah Al-Azhar yang berlokasi di Virginia. Dari sinilah kemudian didirikan Silat Institute Virginia yang menaungi beberapa aliran silat di Amerika seperti Merpati Putih, Tapak Suci, Silek Harimau, Cimande, dan lain-lain. Di Silat Institute tersebut, bukan hanya para praktisi silat yang dapat mengikuti pertandingan, namun para pemula juga boleh mengikutinya.
Ketiga, pemateri menunjukkan bahwa perkembangan Pencak Silat di Amerika memiliki beberapa asimilasi budaya dalam hal bahasa, yakni menggunakan bahasa Indonesia untuk peragaan jurusnya, dan sang guru silat juga berusaha untuk memasukkan unsur spiritualitas, dengan mengajak muridnya melakukan buka bersama dan bahkan shalat teraweh.
Terakhir, pemateri memaparkan opininya mengenai pro dan kontra perkembangan Pencak Silat di Amerika. Dari sisi positif, Pencak Silat memungkinkan adanya perkembangan lintas budaya, bukan hanya dari aspek bela diri namun juga bahasa, kebudayaan, tradisi, dan lain-lain. Selain itu Pencak Silat juga dapat meningkatkan persabahatan antar kedua negara, yakni Indonesia dan Amerika dan juga berpotensi menjadi global consumption dalam artian dikonsumsi secara luas melalui pertunjukkan seni atau film layar lebar sehingga lebih dikenal oleh masyarakat global.
Dari sisi negatif, Pencak Silat dapat mengalami Amerikanisasi yakni berbaur dengan budaya Amerika (melting pot) sehingga kemungkinan terdapat hal-hal yang tidak tersampaikan dari sisi kesejarahan atau nilai-nilai filosofisnya. Selain itu, Pencak Silat jika dikonsumsi secara global maka terdapat potensi lemahnya control over border sehingga Indonesia tidak dapat mengontrolnya secara penuh. Jika tidak terkontrol maka, Pencak Silat bisa dikembangkan lebih lanjut oleh orang luar negeri.
Diskusi diteruskan dengan pembahasan mengenai kemungkinan transnational negativity dan perkembangan Pencak Silat di kancah internasional.
oleh: Ganggas Prakosa Sigit Wibowo