• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • IKAT
    • Buku
  • Esai Akademik
    • Budaya & Linguistik
    • Media & Komunikasi
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Pendidikan
    • Hukum & HAM
    • Politik & Pemerintahan
    • Masyarakat Digital
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Aktivitas
  • [SEA Talk #16] Radikalisme dan Unattended Communities

[SEA Talk #16] Radikalisme dan Unattended Communities

  • Aktivitas, SEA Talk_ind
  • 3 September 2017, 12.30
  • Oleh: pssat
  • 0

Pembahasan perihal aksi unjuk rasa 411 dan 212 di Indonesia memang tidak pernah ada habisnya. Baik pihak yang pro maupun kontra terus bermunculan. Dengan berpegang teguh pada argumen dan paham masing-masing, mereka terus memperbanyak massa dan pengikut. Dalam SEA-Talks #16 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada (30/8) silam, aksi 212 dikupas oleh pembicara Dr.Abdul Gaffar Karim, dosen jurusan Politik dan Pemerintahan, Fisipol, UGM dalam diskusi bertema “Radikalisme Dan Unattended Communities”.

Sebagai seorang peneliti, Pak Abdul Gaffar turut serta dalam aksi unjuk rasa pada tanggal 21 Februari 2017 untuk menyaksikan objek penelitiannya dengan mata kepala sendiri. Pak Abdul Gaffar selaku pembicara benar-benar menyalakan api semangat pada SEA-Talks #16 dan membuat para hadirin terpaku mendengarkan ceritanya selama mengamati aksi 212 di kawasan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Senayan, Jakarta Pusat.

Pak Abdul Gaffar menceritakan bagaimana aksi 212 berlangsung dengan tertib. Dana yang mengalir pada aksi unjuk rasa banyak, terbukti dari makanan yang melimpah dan dibagikan secara gratis. Tidak hanya itu, akomodasi penginapan dan transportasi rombongan yang berasal dari luar Jakarta juga dibiayai sepenuhnya sampai para rombongan tidak perlu mengeluarkan dana sepeser pun. Dana yang melimpah tidak diketahui berasal dari mana. Para penyelenggara mendapatkannya ketika sebelumnya membuka donasi untuk aksi ini via media sosial.

Diawali dengan cerita pengalaman Pak Abdul Gaffar di Jakarta Pusat, SEA-Talks #16 pun dilanjutkan dengan rumusan permasalahan dalam perihal siapa orang-orang  yang menjadi pelaku aksi unjuk rasa 212, terutama yang berasal dari Yogyakarta. Jawabannya detail dan menarik. Alih-alih anggota organisasi kemasyarakatan, ternyata orang-orang tersebut adalah apa yang disebutnya unattended communities, yaitu orang-orang dari kalangan menengah ke bawah yang tidak mendapatkan akses terhadap basic services seperti pendidikan dan kesehatan, serta tidak mendapatkan social support.

Orang-orang inilah yang ternyata tergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang diam-diam menyebarkan paham radikal. Alasannya jelas, karena dengan bergabung dalam kelompok itu, masyarakat yang termasuk ke dalam unattended communities tersebut mendapatkan apa yang tidak mereka dapatkan sebelumnya. Kehidupan mereka disokong oleh kelompok itu, bahkan hutang-hutang mereka pun dilunasi. Tidak heran, apapun akan mereka lakukan demi mendapatkan hidup yang layak, meskipun dengan tergabung ke dalam kelompok berpaham radikal.

Memang, radikalisme merupakan bibit dari terorisme. Namun, Pak Abdul Gaffar menekankan bahwa keduanya berbeda; penganut paham radikal belum tentu teroris. Dengan demikian, salah satu cara untuk menanggulangi aksi radikal yang berujung teror adalah dengan perbaikan sistem dari pemerintah pusat dan daerah sehingga basic services dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat sehingga unattended communities berkurang dan penyebaran paham radikal pun tidak semakin meluas. (Nitya)

Recent Posts

  • SEA CHAT #35: Reflecting The Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle The Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election by Muhammad Izam Dwi Sukma
  • SEA Talk #46: Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election by Made Supriatma
  • SEA CHAT #34 Dictatorship and Political Dynasty and the Role of Media on History Politicization by Muhammad Nailul Fathul Wafiq
  • SEA-Chat #33 Part 2: Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia by Tatiana Putcniakova and The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years by Lia Korotkova
  • SEA-Chat #33 Sesi 1: Information Technology Sector in Modern ASEAN oleh Gleb Darchenkov and The Results of the G-20 Summit for Indonesia oleh Dmitry Svechnikov

Arsip

  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju