Perubahan teknologi sangat berpengaruh dalam segala aspek di seluruh dunia tak terkecuali pada bidang ekonomi. Proses produksi, distribusi, dan konsumsi saat ini telah terintregasi dengan teknologi. Dalam proses konsumsi misalnya, ketika akan membeli suatu barang atau jasa, masyarakat tidak lagi melihat barang tersebut secara langsung namun melihat informasi lengkap tentang produk tersebut secara daring. Begitu juga dengan jasa, masyarakat dapat melihat berbagai informasi testimoni yang dikatakan oleh pelanggan sebelumnya secara daring. Karena konsumsi sudah merambah ke tahap tersebut, mau tidak mau perusahaan maupun produsen kecil harus menggunakan teknologi dalam mendistribusikan barang atau jasa yang akan diperjual belikan. Moda transportasi juga mendapatkan dampaknya dengan adanya teknologi. Saat ini, pelanggan dengan mudah dapat memesan layanan transportasi yang diinginkan secara daring untuk berbagai keperluan seperti pengantaran ke tempat lain, pesan antar makanan, hingga pengantaran barang.
“Masakit na masarap”, Recuerdo says about life as an OFW. It’s pain that gratifies. (Almendral, 2018)
Begitulah ucapan Recuerdo Morco (33 tahun) saat menceritakan perasaannya sebagai pekerja migran luar negeri selama kurang lebih 11 tahun di sebuah kapal cargo yang berlayar dari Swedia hingga Australia. Mencari pekerjaan di luar negeri bagi sebagian besar masyarakat Filipina adalah suatu hal paling rasional untuk dapat bertahan, mencukupi kebutuhan, bahkan berinvestasi demi masa depan. Dorongan ekonomi yang banyak disebut sebagai pendorong utama masyarakat Filipina untuk melakukan migrasi turut mendapatkan sokongan besar dari pemerintah melalui glorifikasi status pekerja migran sebagai bagong bayani atau “pahlawan baru” di mana penggunaan istilah pahlawan merujuk pada kontribusi mereka bukan hanya pada ekonomi keliuarga, namun juga ekonomi nasional. Penggunnaan istilah yang awal disematkan pada masa kepemimpinan Corazon Aquino (Encias-Franco, 2013) hingga kini membentuk sebuah konsepsi baru mengenai cara bertahan hidup dan mempersiapkan kehidupan mendatang.
“Masakit na masarap”, Recuerdo says about life as an OFW. It’s pain that gratifies. (Almendral, 2018)
Begitulah ucapan Recuerdo Morco (33 tahun) saat menceritakan perasaannya sebagai pekerja migran luar negeri selama kurang lebih 11 tahun di sebuah kapal cargo yang berlayar dari Swedia hingga Australia. Mencari pekerjaan di luar negeri bagi sebagian besar masyarakat Filipina adalah suatu hal paling rasional untuk dapat bertahan, mencukupi kebutuhan, bahkan berinvestasi demi masa depan. Dorongan ekonomi yang banyak disebut sebagai pendorong utama masyarakat Filipina untuk melakukan migrasi turut mendapatkan sokongan besar dari pemerintah melalui glorifikasi status pekerja migran sebagai bagong bayani atau “pahlawan baru” di mana penggunaan istilah pahlawan merujuk pada kontribusi mereka bukan hanya pada ekonomi keliuarga, namun juga ekonomi nasional. Penggunnaan istilah yang awal disematkan pada masa kepemimpinan Corazon Aquino (Encias-Franco, 2013) hingga kini membentuk sebuah konsepsi baru mengenai cara bertahan hidup dan mempersiapkan kehidupan mendatang.
Awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan virus corona yang kini akrab disebut dengan Covid-19. virus tersebut hampir menyelimuti seluruh negara di bumi. Adanya pandemi ini, membuat berbagai negara melakukan pembatasan dalam berbagai aspek melalui pemberlakuan lockdown maupun physical distancing. Penerapan lockdown tentunya berdampak pada berbagai aspek, salah satunya pendidikan.
Pada 18 Maret 2020, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memperkirakan lebih dari 850 juta pelajar dan mahasiswa sudah melakukan belajar dari rumah. Dengan kata lain, penutupan sekolah secara nasional telah diberlakukan di 102 negara dan penutupan lokal di 11 negara yang lain.
“Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, kemungkinan akan kembali ke skenario business as usual atau munculnya kenormalan-kenormalan baru karena belum ada bahasan mengenai bagaimana seharusnya membangun relasi sosial dan ekologis,” tutur I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. dalam webinar SEATALK #34 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada hari Selasa (11/04/2020).
Diskusi webinar dengan topik Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial menghadirkan dua pembicara, yaitu I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. (Departemen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM) dan Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM). Covid-19 merupakan zoonosis sehingga tidak dapat dilepaskan dari relasi sosial dengan ekologis.
“Pandemi Covid-19 ini adalah masalah global, masing-masing negara tidak mampu menyelesaikannya secara unilateral tetapi mekanisme penanganannya harus secara global juga.” Demikian pernyataan dari Prof. Sigit Riyanto, dekan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dalam menanggapi bencana global Covid-19 ini. “Abaikan teori konspirasi, singkirkan egoisme politik, kita harus bekerja bersama”, lanjutnya dalam acara Webinar SEATALK 35 dalam tema payung “COVID-19 Dalam Teropong Ilmu Sosial” yang diselenggarakan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM, Pusat Unggulan IPTEK Bidang Sosial, pada tanggal 28 April 2020.
Sejak tahun 1977, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingati tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional untuk memperjuangkan hak perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia. Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menggelar diskusi “Kajian RUU Ketahanan Keluarga: Kemunduran Pergerakan Perempuan di Indonesia”. Diskusi mengenai pandangan terhadap perempuan di RUU Ketahanan Keluarga ini diisi oleh salah satu peneliti PSSAT UGM, Putu Yogi Paramitha, M.H. pada Selasa (10/03/2020) di Perpustakaan PSSAT UGM.
Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya (http://fdk.uinsby.ac.id/) berkunjung ke Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM pada Jumat (6/2/2020). Kunjungan ini merupakan follow-up kerjasama Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM dengan UIN Sunan Ampel. Kerjasama ini meliputi dalam bidang pendidikan dan penelitian, kajian sosio-religio multicultural dan lokalitas, puiblikasi ilmiah, student exchange dan lecturer exchange.
Diterima oleh direktur PSSAT Prof. Dr. phil. Hermin Indah Wahyuni, hadir dalam pertemuan ini adalah Dr. H. Abd. Halim. MAg (Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel), Dr. Agus Santoso, S.Ag., M.Pd. (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel), Dr. Lukman Fahmi, A.Ah, M.Pd (Ketua Prodi BKI, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel), Dr. Moch Anshori, S.Agm M.FiLL (Kepala Jurusan Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel), Dr. Nikmah Hadiati Salisah, S.I.P., M.Si. (Dosen, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel), Dra. Mierrina, M.Si. (Dosen, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel).
Sebagai wilayah yang sedang bertumbuh pesat dari berbagai bidang, Asia Tenggara ternyata memiliki kesamaan dengan Amerika Latin. 2 wilayah ini berbagi kesamaan latar belakang sejarah dengan kolonialisme, pluralisme budaya, dan spiritualismenya. Pusat Studi Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar SEA CHAT #22 “Regional Literature Between SEA and Latin America, What Makes the Differences?” oleh Gladhys Elliona Syahutari. Diskusi seputar perkembangan literatur antar 2 wilayah pada Jumat (28/02/2020) di Perpusatakaan PSSAT ini dihadiri oleh umum dan mahasiswa magang dari Singapura, Belgia, dan Filipina.
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada menggelar kelas “Academic Writing” bagi para pemagang pada hari Kamis (27/02/2020) di Perpusatakaan PSSAT. Sebagai lembaga berbasis akademik, PSSAT mengajak mahasiswa magang untuk turut serta belajar dunia kepenulisan ilmiah.
Dr. phil. Vissia Ita Yulianto, salah satu peneliti di PSSAT hadir sebagai pemateri. Diawali dengan sesi sharing pengalaman, Ita bercerita telah berkecimpung di dunia kepenulisan sejak lama, berawal dari kecintaannya terhadap menulis. “Menulis adalah ajang menumpahkan ide dan saat menulis saya merasa bebas,” ujarnya.