• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • ASEAN Day
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK (Forum Diskusi)
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Esai Akademik
  • Media dan Komunikasi
Arsip:

Media dan Komunikasi

Dilema Kebebasan Pers di Era Digital: Langkah Awal Asia Tenggara Menangkal Hoax

Esai AkademikMedia dan Komunikasi Rabu, 20 September 2017

Menurut data dari laporan tahunan Reporters Without Borders[1] tentang peringkat kebebasan pers di dunia, untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menempati peringkat teratas, yaitu ke-124, diikuti oleh Filipina di posisi ke-127. Peringkat berikutnya ditempati oleh Myanmar yang sebelumnya diperintah kalangan militer namun sekarang dipimpin oleh bekas partai oposisi, berada di peringkat 131. Selanjutnya adalah Kamboja, yang dikuasai oleh Perdana Menteri Hun Sen, masuk di urutan 132. Thailand berada di peringkat 142, diikuti Malaysia pada urutan ke-144, Singapura pada posisi ke-151, dan Brunei di posisi ke-156. Dua negara Asia Tenggara di posisi terbawah adalah Laos (170) dan Vietnam (175) diklasifikasikan sebagai titik hitam media. read more

Mempersempit Kesenjangan Pengembangan TIK Untuk Mendorong Integrasi ASEAN

Media dan Komunikasi Selasa, 1 Agustus 2017

Pentingnya TIK telah meningkat dari waktu ke waktu. Melihat perkembangan TIK sepanjang waktu telah mempengaruhi perkembangan sektor lain secara positif. Selain itu, pengembangan TIK memungkinkan kerjasama dan integrasi sektor-sektor lain yang lebih mudah dan cepat di dalam dan di antara negara-negara bagian. Berkenaan dengan ASEAN, TIK memainkan peran utama integrasi yang lebih baik di dalam dan di antara negara-negara anggotanya sejak didirikan pada tahun 1967. Saya dapat menjamin bahwa tanpa pembangunan TIK di ASEAN, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN akan diberlakukan paling lambat 1992; pembentukan Komunitas ASEAN akan berlaku mungkin dalam 10 tahun mendatang. Selain itu, sebagian besar kerjasama dan integrasi di ASEAN saat ini adalah berbasis TIK, sehingga perjanjian yang lebih mudah dan cepat akan dimungkinkan. Meskipun demikian, masih ada hambatan bagi integrasi ASEAN bersama dengan jurang pengembangan TIK di dalam dan di antara negara-negara anggota ASEAN. Dalam artikel ini, saya akan secara khusus memperhatikan tindakan yang telah diambil dari elemen / aktor tertentu untuk mempersempit kesenjangan pengembangan TIK serta parameternya. Akhirnya, saya akan merekomendasikan solusi yang mungkin dapat diambil untuk menutup kesenjangan serta untuk mendorong integrasi ASEAN. read more

Recent Posts

  • CESASS UGM menyambut perwakilan dari Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • PSSAT UGM selenggarakan The 17th International Asian Urbanization Conference
  • Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menjadi pembicara pada acara Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Menyambut Kunjungan Pimpinan Harvard-Yenching Institute
  • Seminar dan Monitoring-Evaluasi Akhir RKI 2024 Proyek Riset “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju