Indonesia kini sedang dalam masa krisis moral. Masyarakat kerap mengeluhkan tentang kurangnya etika dan sopan santun remaja. Kurangnya sikap etika dan sopan santun remaja tersebut menyebabkan maraknya kenakalan remaja. Degradasi kualitas moral bangsa, khususnya remaja di sekolah disebabkan karena lemahnya pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
Penerapan pendidikan karakter di sekolah terus dikerahkan oleh pemerintah demi mengatasi permasalahan yang telah disebutkan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mendorong sekolah di seluruh Indonesia untuk menerapkan pendidikan karakter, khususnya penguatan pendidikan karakter (PPK).
Kondisi tersebut sesuai dengan data dalam “Infografis Perkembangan Penyebaran PPK (2015-2018)”, hingga tahun 2018 pelaksanaan PPK telah dimplementasikan pada 188.646 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. Penerapan pendidikan karakter dapat melalui semua mata pelajaran di sekolah, termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan tingkat menengah pertama maupun atas mencakup empat kompetensi berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap kompetensi harus mencakup dan menerapkan pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya PPK dalam pembelajaran formal, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia, penelitian ini mendeskripsikan mengenai implementasi PPK dalam kurikulum 2013 melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, faktor pendukung, dan penghambat dalam mengimplementasikan PPK pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjadi ikon ‘kota pelajar’ memiliki persepsi bahwa pendidikan di dalamnya juga bagus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian potret implementasi pendidikan karakter di SD, SMP, dan SMA di Kota Yogyakarta oleh Zuchdi, dkk. (2014: 9). Penelitian ini menyebutkan bahwa, pendidikan karakter di sekolah-sekolah Kota Yogyakarta sudah dilakukan dengan cukup baik. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sudah dipadukan dalam berbagai mata pelajaran.
Sekolah yang menerapkan pendidikan karakter di Yogyakarta juga telah menjadi perhatian pemerintah. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa sekolah baik tingkat dasar maupun menengah yang menjadi sekolah piloting dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Penerapan tersebut tentu menimbulkan perbedaan implementasi pendidikan karakter baik dari tingkat dasar hingga menengah, serta pada sekolah negeri maupun swasta.
Oleh karena itu, pentingnya penanaman pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran di SMP negeri maupun swasta di Yogyakarta untuk menghindari adanya degradasi moral dan kekerasan pada remaja khususnya perundungan, serta memperkuat karakter yang telah dimiliki siswanya. Tentu saja, dalam penerapan PPK tidak luput dari hambatan maupun dukungan dari berbagai faktor.
Tentang Pendidikan Karakter
Albertus (2007: 123) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar oleh seseorang untuk pengembangan diri secara integral dan utuh. Kemudian, karakter merupakan kondisi dinamis struktur antropologis individu berproses dalam menyempurnakan diri. Jadi, pendidikan karakter sebagai keseluruhan dinamika relasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi agar pribadi tersebut semakin bertanggung jawab dan berkembang.
Lebih lanjut, PPK merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai falsafah hidup Pancasila (Kemendikbud, 2017: 17).
Secara umum, tujuan program PPK adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa secara masif dan efektif melalui implementasi nilai-nilai utama Gerakan Nasional Revolusi Mental (religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong dan integritas) yang akan menjadi fokus pembelajaran, pembiasaan, dan pembudayaan. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas (Kemendikbud, 2017: 2).
Pendidikan karakter dalam implementasinya melalui mata pelajaran bahasa Indonesia tentu melalui tahapan-tahapan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan buku Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atau penilaian pembelajaran pada semua mata pelajaran (Kemendiknas, 2010: 45).
Berdasarkan buku Panduan Praktis Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas, guru dapat mengintegrasikan PPK melalui dua cara dalam perencanaan pembelajaran. Cara implementasi PPK yang pertama adalah dengan pemilihan metode dan model pembelajaran, sedangkan cara kedua adalah dengan meguraikan langkah pembelajaran. (Kemendikbud, 2018: 12).
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar siswa mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan (Kemendiknas, 2010: 51). Program PPK perlu dinilai dan dievaluasi secara terukur dan komprehensif. Tujuan kegiatan penilaian adalah untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan gerakan PPK pada satu satuan pendidikan sesuai target waktu yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2017: 52).
Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi PPK
Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi PPK dalam kurikulum 2013 melalui mata pelajaran bahasa Indonesia dapat diketahui. Hasil dan pembahasan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi PPK tersebut adalah sebagai berikut.
Faktor Pendukung dalam Implementasi PPK melalui Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Faktor pendukung implementasi PPK melalui mata pelajaran bahasa Indonesia yang dialami oleh guru dapat berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal guru yang mendukung terlaksananya implementasi PPK dengan baik dalam pembelajaran adalah berasal dari dalam diri guru masing-masing. Faktor internal guru yang mendukung terlaksananya implementasi PPK dengan baik dalam pembelajaran adalah berasal kode etik yang telah ditetapkan bagi guru.
Selain faktor internal guru, juga terdapat faktor eksternal guru yang mendukung terlaksananya implementasi PPK tersebut dengan baik. Faktor eksternal tersebut adalah adanya aturan yang berlaku, khususnya dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Faktor eksternal lain adalah dari rekan-rekan guru yang lain. Guru-guru di sekolah saling membantu dalam implementasi PPK.
Faktor Penghambat dalam Implementasi PPK melalui Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Faktor penghambat implementasi PPK tersebut yang dialami oleh guru dapat berupa faktor yang berasal dari siswa maupun guru. Kondisi siswa yang dimaksud adalah siswa yang belum sepenuhnya mampu menerapkan karakter yang baik sesuai dengan harapan orang tua maupun sekolah dalam kesehariannya, baik di masyarakat maupun di kelas. Faktor penghambat lain yang berasal dari siswa adalah mengenai karakter yang telah dimiliki siswa. Kondisi demikian dapat terjadi di kelas. Terdapat kemungkinan bahwa ada siswa yang memiliki karakter yang belum baik dalam bersikap selama pembelajaran di kelas.
Kedua, faktor metode yang digunakan oleh guru dalam mengatasi kasus siswa yang sulit dalam menerapkan PPK. Guru dituntut untuk dapat memberikan metode dan penanganan yang berbeda sesuai dengan karakteristik siswa.
Dengan demikian, Faktor pendukung implementasi PPK dalam kurikulum 2013 melalui mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa di kelas dapat bersumber dari faktor internal dan eksternal guru. Faktor internal guru yang mendukung terlaksananya implementasi PPK dengan baik dalam pembelajaran adalah berasal dari dalam diri guru masing-masing. Faktor eksternal tersebut adalah adanya aturan yang berlaku, khususnya dalam merancang pembelajaran yang akan dilakukan.
Faktor penghambat juga dialami oleh guru dalam mengimplementasikan PPK dalam kurikulum 2013 melalui mata pelajaran bahasa Indonesia pada siswa di kelas. Faktor penghambat berasal dari kondisi siswa. Faktor tersebut berkaitan dengan masih belum optimalnya nilai PPK yang diimplementasikan oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Berikutnya, langkah yang dapat ditindaklanjuti bagi guru adalah sebaiknya guru bahasa Indonesia di kelas yakni dengan meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya implementasi PPK, terutama siswa yang masih belum mengimplementasikan PPK dengan baik. Kemudian, sekolah lain sebaiknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam mengimplementasikan PPK melalui mata pelajaran di sekolah. Selain itu, hasil faktor pendukung dalam implementasi PPK pada sekolah yang diteliti pada penelitian ini dapat dicontoh oleh sekolah lain. Faktor penghambat dalam implementasi PPK pada sekolah yang diteliti dapat dihindari oleh guru dalam mengimplementasikan PPK.
Referensi
Albertus, Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.
Kemendiknas. 2010. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbud.
____________. 2018. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Kelas.
Jakarta: Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kemendikbud.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press
Artikel ini ditulis oleh Ageng Satrio Prabowo, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta saat menjalani magang di Pusat Studi Asia Tenggara