Sea Movie berkerjasama dengan Minikino menyelenggarakan pemutaran dengan tajuk Indonesia Raja: Yogyakarta. Indonesia Raja sendiri merupakan program Minikono dalam bentuk kolaborasi antar wilayah/kota di Indonesia yang dilakukan berkala, 1 (satu) kali setiap tahun dalam bentuk pertukaran program film pendek.Tahun ini ada beberapa pembuat film dari beberapa kota yang berpartisipasi dalam kegiatan ini dan salah satunya adalah Yogyakarta.
Pemutaran (16/08/2016)menampilkan kompilasi empat film pendek. Semalam Anak Kita Pulang (Adi Marsono/2015), film berdurasi 12 menit dan 41 detik menjadi film pertama dari rangkain film Indonesia Raja. Adi memotret realitas kehidupan di pedasaan yang saat ini tidak lagi menarik bagi generasi muda pencari kerja. Lewat ibu yang merindukan anaknya, film ini menunjukan keresahan seorang ibu yang tak dapat berjumpa dengan anaknya, bahkan anaknya satu persatu pergi ke tempat lain (kota) untuk mengadu nasib. Nilep (Wahyu Agung Prasetyo/2015), mencoba bermain dengan “baik” dan “buruk” lewat perspektif anak-anak yang malah mengarahkan kepada pengertian bahwa, mungkin, saat ini kedua persepsi tersebut masih kekanak-kanakan pada konteks masyarakat Indonesia. Sasi Takon (Wawan Sumarmo/2015), film pendek yang bercerita tentang dampak dari ketabuhan yang dilanggar dan menimbulkan keresahan yang muncul dari pertanyaan seorang anak kepada ibunya. Film ini merekam kondisi pergaulan masyarakat lewat sisi yang berbeda. Film keempat, Bawang Kembar (Gangsar/2015) merupakan film animasi dengan durasi 18 menit. Hal yang menarik dari film ini ialah menggunakan tokoh mitologi Jawa dan juga nilai moral dan kebaikan yang datang dari bahkan tokoh yang dianggap jahat sekalipun.
Pemutaran film berjalan cukup menarik dengan penonton yang memenuhi Ruang Indonesia PSSAT yang berkapasitas kurang lebih 50 orang. Pada sesi diskusi, yang pada saat itu dihadiri oleh keempat pelaku film, cukup memberikan tensi yang dinamis. Ketertarikan pada film, proses kurator dari keempat film yang ditujukan kepada programer Indonesia Raja-Yogyakarta, sampai kepada beberapa film yang terkait dengan Dana Istimewa Yogyakarta. Kemudian, lebih jauh dapat dilihat bahwa kehadiran film pendek menjadi penting dalam melihat perkembangan suatu daerah bahkan negara, serta wacana yang ingin dikemukakan melalui sudut pandang komunitas pembuat film. Isu yang dimunculkan pada keempat film pendek tersebut membuka ruang-ruang berfikir yang bisa membawa kepada pengertian mengenai sebuah masyarakat, khususnya masyarakat Yogyakarta.