Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada berhasil menggelar program SEA Movie 2017 bertajuk Borderless On Screen pada tanggal 8-9 Agustus 2017 di ruang audio visual Lembaga Indonesia Perancis (IFI-LIP), Yogyakarta. Acara berlangsung dari pukul 09.00-16.00 WIB yang dimulai dengan sambutan dari Ade Nuriadin, M.A selaku program manager SEA Movie. Selanjutnya, program ini resmi dibuka oleh Direktur PSSAT UGM, Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni yang berharap bahwa film-film pendek yang diputar dalam SEA Movie dapat menjadi media yang memunculkan kesadaran kepada masyarakat sebagai komunitas Asia Tenggara.
Program SEA Movie merupakan program rutin yang selalu dilaksanakan oleh PSSAT UGM, namun pada SEA Movie kali ini kegiatan pemutaran dikemas lebih spesial. Bila biasanya SEA Movie memutar satu film dari satu negara, maka kali ini terdapat 12 film pendek dibuat oleh sineas dari beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, Singapura, Filipina, dan Indonesia. Film-film pendek yang terpilih diterima melalui open submission yang kemudian dikurasi oleh para kurator film dan akademisi. Film-film pendek yang terpilih kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu Hidden Stories, Connecting The Dots, dan The Source of Life. Dr.phil.Vissia Ita Yulianto, peneliti PSSAT, yang juga menjadi bagian dalam tim kurator film berharap melalui program ini para sineas di Asia Tenggara mendapatkan ruang untuk menampilkan film yang mampu menggambarkan realitas ekonomi, kebudayaan, dan politik sehingga film tak hanya memiliki fungsi hiburan, tapi juga mampu mendorong perubahan di Asia Tenggara.
Program ini juga melibatkan komunitas film pendek Minikino yang berpusat di Bali untuk memutar film-film pendek dari Myanmar bertajuk S-Express. Ada empat film pendek dari Myanmar yang diputar dalam program ini. Selain pemutaran film, kegiatan ini juga menghadirkan akademisi dan penggiat film dalam bentuk kuliah umum tentang film di Asia Tenggara. Para pembicara tersebut antara lain Dr. Budi Irawanto (dosen ilmu komunikasi UGM dan Direktur JAFF), Dyna Herlina (dosen Ilmu Komunikasi UNY), dan Karina Roosvita (Jogja Film Academy). Adapun beberapa sineas yang film-filmnya diputar dalam SEA Movie turut hadir antara lain Eden Junjung, Tunggul Banjaransari, Arie Surastio, Agustinus Dwi Nugroho, dan Ersya Ruswandono.
Pemutaran film sendiri berlangsung cukup menarik dengan kehadiran kurang lebih 100 penonton selama dua hari pemutaran film. Pada sesi diskusi para penonton terlihat cukup antusias untuk bertanya atau menyumbangkan pikiran dalam tiga sesi diskusi yang masing-masing membahas tema Perkembangan Film di Asia Tenggara, Identitas dalam Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara, dan Budaya Visual dalam Menyuarakan Masyarakat Agrikultur. Para penonton juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung kepada para sineas yang filmnya diputar di SEA Movie mulai dari proses produksi hingga suka-duka dalam pembuatan film. Selain pemutaran film, hasil lanjutan dari SEA Movie adalah melibatkan akademisi dan penggiat film dalam penulisan dan penerbitan buku bunga rampai yang berisi kajian mengenai film-film di Asia Tenggara. (Venda)