Masyarakat di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya diyakini memiliki kesamaan atau berakar dari sumber yang sama. Hal ini tercirikan dari beberapa budaya, adat istiadat, serta nilai-nilai yang sampai saat ini masih tercermin dalam kehidupan masyarakat di kawasan asia tenggara dan sekitarnya. Tesis ini disampaikan oleh Ronnie Hatley Ph.D dalam presentasinya pada diskusi SEA-TALKS Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM bekerja sama dengan American Institute For Indonesian Studies. Diskusi ini yang diadakan pada kamis, 18 Februari 2016, dengan diikuti oleh puluhan akademisi dan periset dari berbagai latar belakang keilmuan.
Kesamaaan nilai-nilai kehidupan di masyarkat di kawasan asia tenggara dan sekitarnya ini dikarenakan berasal dari ras yang sama. Yaitu ras Austronesia. Pembicara juga menambahkan bahwa selain adanya kesamaan, masyarakat di kawasan asia tenggara sudah diwarnai dengan beberapa pertukaran. Pertukaran ini tidak hanya dalam bentuk kebudayaan namun juga dalam hal bercocok tanam. Dalam buku-buku karya Anthony Reid misalnya menyebutkan bahwa pertukaran-pertukaran tersebut telah terjadi sejak beribu tahun yang lalu.
Ronnie menyebutkan bahwa banyak keunikan dari budaya di kawasan asia tenggara atau ras Austronesia. Salah satu keunikan tersebut diantaranya adalah kemampuan melaut ras Austronesia yang telah dimiliki sejak ribuan tahun yang lalu. Kemampuan melaut ini menjadi percontohan bagi banyak pelaut di kawasan lain. Apa yang terjadi saat ini dalam kehidupan sosial seperti sekarang, diyakini bukanlah hal yang baru. Masyarakat kawasan Asia Tenggara dipercaya telah melaksanakan praktek-praktek sosial tersebut sejak lama. Bagaimana kedudukan kaum wanita dalam tataran sosial, budaya saling memberi, budaya selamatan, serta budaya menghormati orang tua merupakan beberapa hal yang telah dipraktekan sedari dulu.
Tidak hayal kalau kemudian kemiripan atau kesamaan budaya di antara masyarakat di kawasan asia tenggara ini berdampak pada potensi terjadi perebutan hak atas kebudyaaan tertentu sangat mungkin terjadi. Contoh aktual yang terjadi misalnya pada kasus perebutan hak atas beberapa kesenian antara Indonesia dan Malaysia. Ronnie Hatley juga menyebutkan bahwa masih banyak aspek yang perlu digalih dalam kajian atau penelitian di bidang sejarah kawasan asia tenggara.