Jumat lalu (3/3), mahasiswa magang PSSAT UGM melaksanakan agenda mingguan yang biasa disebut “sharing session”. Pengisi atau presenter pada sesi kali ini adalah Wiweko Rahadian Abyapta, mahasiswa jenjang S1 asal Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada. Dalam kesempatan kali ini, Wiweko menghadirkan topik berjudul “Sustainable Agriculture in the Philippines” yang dibahas dari perspektif kebijakan. Topik ini berhasil memenangkannya dalam kompetisi Best Policy Paper di ajang Young ASEAN Leaders Policy Initiative 2023 yang diadakan awal Februari kemarin.
Sesi diawali dengan presentasi rancangan kebijakan yang disusun Wiweko serta tim berjudul “PAG-ASA: Philippines Advanced Guide to Sustainable Agriculture”. Ia membuka paparannya dengan menjelaskan kondisi pertanian di negara Filipina disusul dengan penjelasan singkat mengenai definisi dari ketahanan pangan. Untuk menguatkan penjelasannya, Wiweko turut menyajikan infografis seputar ketahanan pangan di Asia Tenggara serta fluktuasi harga terkait impor pangan di Filipina.
Setelah menjelaskan mengenai latar belakang dan situasi, Wiweko menyampaikan deskripsi tentang rancangan kebijakannya, yakni “PAG-ASA”. Secara mendasar, “PAG-ASA” adalah kebijakan proaktif yang berupaya mengoptimalkan pertanian yang berkelanjutan di Filipina. Kebijakan ini berbasis sistem data untuk membantu petani, penyetok, dan penjual di seluruh rantai pasokan pertanian, meningkatkan kontrol harga pangan, dan menyediakan dukungan kepada petani, terutama selama masa krisis, seperti pada era pasca-COVID-19 saat ini.
Kebijakan ini terdiri dari empat tahapan implementasi dengan durasi total selama 36 minggu. Empat tahapan tersebut mencakup penyusunan sistem data dan sosialisasi bagi petani, pengumpulan data, analisis pasar, serta pengontrolan harga. Pada akhir presentasinya, Wiweko juga menyinggung soal luaran kebijakan yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi lintas pemangku kepentingan, seperti petani, penyetok, pemerintah, hingga konsumen. Ia juga memaparkan hasil analisis kekuatan dan kelemahan dari kebijakan yang ia rancang tersebut.
Sesi pun dilanjutkan dengan diskusi bersama seluruh audiens yang hadir. Meskipun tidak ada audiens yang berasal dari latar belakang pertanian, diskusi tetap berjalan secara dinamis karena masing-masing mampu menyampaikan berbagai perspektif yang menyinggung topik-topik berkaitan dengan pertanian. Contoh topik yang dibicarakan antara lain penggunaan teknologi digital dan modernisasi dalam industri pertanian, stereotip mengenai petani, kondisi atau kebiasaan petani tradisional, dan sebagainya.
Selama sesi diskusi, Wiweko sebagai presenter juga aktif mengecek dan mengelaborasikan setiap fenomena yang disinggung oleh audiens. Diskusi pun semakin hidup berkat kehadiran mahasiswa magang asal Filipina, Shynna, yang banyak berbagi seputar kondisi dan kebijakan pertanian di daerah asalnya.
Oleh: Luthfiana Nur Rofifah