Korupsi merupakan masalah krusial yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia, tak terkecuali negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Menurut laporan dari Transparency International tahun 2016, negara-negara di kawasan Asia Tenggara masih memiliki peringkat indeks persepsi korupsi (corruption perceptions index/cpi) yang cukup tinggi, yakni Kamboja (156), Laos (123), Vietnam (113), Filipina, Thailand, dan Timor Leste (101), serta Indonesia (90), sementara Brunei Darrusalam (41), dan Malaysia (55) memiliki cpi yang cukup baik. Hanya Singapura (7) satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki cpi yang paling baik sekaligus masuk 10 besar di dunia.
Sebagai upaya untuk mempelajari masalah korupsi dan kaitannya dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Fakultas Ekonomika dan Bisnis dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada untuk mengadakan International Short Course on Psychology (ISCP) dengan tema “Corruption, Culture, and Moral Psychology: from Research to Policy”. Program short course ini baru pertama kali diadakan dan diikuti oleh 27 mahasiswa dari berbagai negara seperti Australia, Ukraina, Filipina, Brunei Darrusalam, dan lain-lain. Salah satu agenda mereka adalah mengunjungi pusat-pusat studi yang ada di UGM untuk mempelajari korupsi dari berbagai aspek keilmuan melalui penelitian dan kegiatan yang telah dilakukan untuk mendedah dan mencegah persoalan korupsi. Dalam kegiatan fieldwork ini, para peserta kemudian dibagi menjadi tim-tim kecil berjumlah 8 orang untuk berkunjung ke pusat-pusat studi di UGM.
Terkait hal ini, para peserta ISCP mengunjungi kantor Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universita Gadjah Mada pada hari Rabu (25/10/2017) untuk melakukan diskusi terkait persoalan korupsi di kawasan Asia Tenggara. Kedatangan mereka disambut oleh staf peneliti PSSAT UGM, Dr.phil. Vissia Ita Yulianto yang mengawali dengan perkenalan tentang kelembagaan PSSAT. Selanjutnya, Ade Nuriadin, M.A. penanggung jawab program SEA Movie menjelaskan persoalan korupsi di Asia Tenggara melalui film-film pendek yang mengangkat isu tentang korupsi, seperti film RM 10 karya Emir Ezwan (Malaysia) dan Wrong Day karya Yusuf Radjamuda (Indonesia). Dari pemutaran film tersebut, peserta ISCP melihat bagaimana persoalan korupsi tidak bisa dilepaskan dari kultur dan bagaimana moralitas masyarakat dapat digunakan untuk mencegah praktek korupsi ini.
Diskusi mengenai korupsi juga dikaitkan dengan persoalan tingginya pernikahan anak di negara-negara kawasan Asia Tenggara yang difasilitasi oleh Meike Lusye Karolus, M.A. selaku salah satu peneliti di PSSAT UGM. Angka pernikahan anak yang banyak terjadi di negara-negara Asia Tenggara perlu direduksi tidak saja pada level kebijakan tetapi juga dalam penyediaan pengetahuan kesehatan reproduksi yang komprehensif bagi remaja sebagai kelompok rentan dalam praktek pernikahan anak. Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini ditutup dengan sesi tanya jawab yang lebih banyak berfokus pada respon pemerintah terkait hasil-hasil penelitian dalam pembuatan kebijakan mengenai korupsi maupun masalah pernikahan anak. (MLK)