Kegiatan

Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T. menjadi pembicara pada acara the Monash Global Immersion Guarantee Program in Indonesia

Pada tanggal 28 Juni 2024, Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., menjadi pembicara pada acara the Monash Global Immersion Guarantee (GIG) Program in Indonesia, kerja sama antara UGM, ACICIS (The Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies), dan Monash University. Dalam acara ini, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T. mempresentasikan “Urban Development”.

Foto oleh: UGM Organiser

Interaksi antara Kota Pintar, Transformasi Sosial, dan Politik Identitas di Asia Tenggara

[Yogyakarta, 9 Juli 2024] – Center for Southeast Asian Social Studies Universitas Gadjah Mada (CESASS UGM), Indonesia menyelenggarakan diskusi meja bundar tentang “Interaksi Kota Pintar, Transformasi Sosial, dan Politik Identitas di Asia Tenggara”.

Kemajuan teknologi yang pesat dan penerapannya ke dalam lingkungan perkotaan telah mengubah kota menjadi kota pintar, dengan target peningkatan efisiensi, keberlanjutan, dan kualitas hidup. Pada saat yang sama, Asia Tenggara sedang mengalami perubahan sosial yang substansial yang didorong oleh pergeseran global, pergerakan lintas batas, dan peningkatan penekanan pada identitas regional, terutama dalam konteks visi ASEAN yaitu “Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas.” Tema ini berusaha untuk menggali interaksi yang rumit antara faktor-faktor tersebut, menawarkan pemahaman menyeluruh tentang bagaimana kota pintar, transformasi sosial, dan politik identitas bertemu dan mempengaruhi masa depan Asia Tenggara.

Diskusi meja bundar tentang “Interaksi Kota Cerdas, Transformasi Sosial, dan Politik Identitas di Asia Tenggara” merupakan acara yang merangsang intelektual dan dihadiri oleh para pejabat dan akademisi terkemuka. Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., Direktur CESASS UGM, meresmikan acara ini, yang membuka acara dengan penuh semangat dan dialog yang mendalam. Dr. Jalaludin Abdul Malek dari Universiti Kebangsaan Malaysia juga turut hadir dan menyampaikan dukungan serta komitmen universitas terhadap kolaborasi internasional dan keunggulan akademik.

Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T. menekankan transformasi dramatis dari berbagai aspek kehidupan melalui kemunculan konsep kota pintar, yang didorong oleh kebangkitan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Menyoroti inisiatif kota pintar di Indonesia, termasuk Makassar, Banyuwangi, dan DKI Jakarta, beliau membahas ASEAN Smart City Network (ASCN) dan perannya dalam mengembangkan kota dan masyarakat yang berkelanjutan.

Dr. Jalaludin Abdul Malek mempresentasikan tentang “Bangkitnya Nilai-Nilai Post-Materialis dalam Membangun Masyarakat Kota Cerdas yang Berkelanjutan: Dari Perspektif ‘Tata Kelola yang Cukup Baik’.” Beliau memperkenalkan konsep tata kelola pemerintahan yang cukup baik, menekankan pentingnya proposisi nilai warga negara dalam membentuk masyarakat yang cerdas, dan menyoroti pergeseran dari nilai-nilai materialis ke nilai-nilai post-materialis di Indonesia dan Malaysia.

Dr. M. Falikul Isbah membahas “Transformasi Sosial di Asia Tenggara Kontemporer,” yang menyoroti pentingnya mengembangkan Asia Tenggara sebagai pusat pengetahuan. Beliau menekankan pentingnya pengembangan metodologi dalam studi Asia Tenggara di Indonesia, membangun jaringan akademis multidisipliner, dan mendorong publikasi karya-karya ilmuwan Indonesia untuk meningkatkan pemahaman dan kolaborasi regional.

Lidwina Mutia Sadasri, M.A., seorang ahli dari Universitas Gadjah Mada, mendedikasikan presentasinya pada identitas ASEAN, media digital, dan komunikasi, mengeksplorasi bagaimana budaya populer dapat mengkomunikasikan dan mengkonstruksi identitas ASEAN. Beliau memperkenalkan topik “Mengkomunikasikan Identitas ASEAN Melalui Budaya Populer,” dengan menjelaskan bahwa identitas ASEAN merupakan sebuah konstruksi sosial yang ditentukan oleh keseimbangan antara “Nilai yang Dibangun” dan “Nilai yang Diwariskan.” Ia membahas konsep-konsep seperti jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian, sembari menyoroti peran sinema, musik, warisan budaya, dan budaya populer dalam membentuk identitas ASEAN kontemporer.

Diskusi meja bundar ini bertujuan untuk menyoroti penelitian dan inisiatif penting yang dilakukan oleh CESASS UGM dan para mitranya, yang menunjukkan komitmen mereka untuk mengeksplorasi dan mengatasi isu-isu penting di Asia Tenggara melalui upaya kolaboratif dan interdisipliner. Acara ini juga membayangkan masa depan di mana kota-kota pintar di Asia Tenggara dan Indonesia berkembang, memanfaatkan teknologi canggih untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang berkelanjutan, efisien, dan inklusif yang meningkatkan kualitas hidup semua penduduk.

Tentang CESASS UGM:

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan pusat penelitian terkemuka yang didedikasikan untuk studi interdisipliner Asia Tenggara. CESASS UGM melakukan penelitian, menyelenggarakan program-program akademik, dan mendorong pertukaran pengetahuan untuk memperdalam pemahaman mengenai keragaman budaya, masyarakat, dan tantangan pembangunan di Asia Tenggara.

Tentang UGM:

Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah sebuah universitas bergengsi yang terletak di Yogyakarta, Indonesia. Universitas ini terkenal dengan keunggulan akademik, kontribusi penelitian, dan komitmennya terhadap keterlibatan masyarakat. UGM berusaha untuk membina para sarjana dan pemimpin yang berwawasan global yang akan berkontribusi pada kemajuan masyarakat.

Penulis: Chou, Chen-An
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM
pssat@ugm.ac.id
(0274) 589658

Timor-Leste Workshop pada acara Association of Asian Studies

Pada tanggal 8 Juli 2024, Drs. Muhadi Sugiono, M.A. (salah satu peneliti di Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM), menjadi salah satu narasumber dalam acara “Timor-Leste Workshop at Association of Asian Studies” yang merupakan bagian dari rangkaian acara Konferensi AAS-in-Asia 2024. Selama beberapa tahun terakhir, AAS telah mengadakan lokakarya prakonferensi, dan pada kesempatan kali ini, workshop diadakan di bawah naungan AAS Timor Leste. Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menjadi tuan rumah prakonferensi Timor Leste pada 8 Juli 2024 yang dilaksanakan di Fakultas Hukum UGM.

Workshop ini membahas dua tema utama. Pertama, peran dan ingatan mahasiswa Timor yang belajar di Indonesia pada tahun 1990-an, termasuk di UGM. Hal ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman sejarah dan meningkatkan kesadaran hak asasi manusia (HAM) serta pemahaman tentang hubungan Timor-Indonesia di masa lalu. Kedua, terdapat panel rekonsiliasi Timor-Indonesia yang bertujuan untuk memajukan pemahaman dan kesadaran akan HAM, sebagaimana diamanatkan dalam laporan Chega dan CTF, serta diskusi mengenai buku “Emplacing Timor Leste” karya Tsuchiya.

Pembukaan Program Summer Course Program 2024 “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast Asia”

 [Yogyakarta, 1 Juli 2024] – Center for Southeast Asian Social Studies Universitas Gadjah Mada (CESASS UGM), Indonesia menyelenggarakan pembukaan “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast Asia” Summer Course Program 2024. Acara ini didukung oleh Direktorat Kemitraan dan Relasi Global (DKRG) UGM.

Summer Course Program tahun ini merupakan platform pendidikan utama yang dirancang untuk mendorong pertukaran pengetahuan dan mendorong pemahaman yang lebih mendalam mengenai kolaborasi multidisiplin untuk mengatasi tantangan dan peluang yang unik di kawasan ini, dengan fokus khusus pada Asia Tenggara. Program ini mempertemukan para dosen dan peneliti terkemuka dari seluruh dunia, memberikan kesempatan unik bagi para peserta untuk berinteraksi dengan para ahli di bidangnya dan mendapatkan wawasan yang berharga tentang tantangan dan peluang di kawasan ini.

Rini Rachmawati, S.Si., M.T., Direktur CESASS UGM, meresmikan pembukaan “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast Asia” Summer Course Program 2024, yang sekaligus menjadi pembuka untuk program yang menstimulasi intelektual dan memperkaya secara akademis. Bu Wiratni, S.T., M.T., Ph.D. sebagai sekretaris dan juga perwakilan dari DKRG UGM hadir untuk menyampaikan dukungan dan komitmen universitas terhadap kolaborasi internasional dan keunggulan akademik.

Summer Course Program 2024 dengan bangga meluncurkan inisiatif terbarunya, yang berfokus pada “Smart City, Digital Transformation and Society in Southeast Asia”. Kursus lintas disiplin ilmu ini, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara, bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman yang komprehensif tentang pembangunan berkelanjutan dalam konteks kota pintar dan transformasi digital. Para peserta akan mendapatkan wawasan yang tak ternilai mengenai interaksi dinamis antara teknologi dan masyarakat, khususnya dalam konteks Asia Tenggara, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bidang yang berkembang pesat ini.

Kurikulum ini telah disusun dengan cermat untuk memastikan para peserta memahami prinsip-prinsip dasar, metode, dan aplikasi kota pintar dan transformasi digital. Dengan mengeksplorasi berbagai proses dalam domain-domain tersebut, para peserta akan memperdalam pemahaman mereka tentang lintasan pembangunan di Asia Tenggara dan sekitarnya. Pelatihan ini juga menekankan pentingnya menganalisis dan mengevaluasi pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi, membekali para peserta dengan alat untuk menilai dan berkontribusi pada lanskap digital di kawasan ini secara efektif.

Salah satu tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembangkan jaringan internasional yang menjangkau bidang teknologi informasi dan komunikasi, serta studi sosial dan budaya. Melalui pembelajaran dan penelitian kolaboratif lintas disiplin, para peserta akan memiliki kesempatan untuk menghasilkan penelitian dan publikasi yang berdampak. Dengan melibatkan beragam dosen dan peneliti internasional, peserta tidak hanya akan memperluas wawasan akademis mereka, tetapi juga menjalin hubungan yang bermakna yang mendukung pertumbuhan profesional dan akademis mereka di bidang kota pintar dan transformasi digital.

Program ini menghadirkan dosen-dosen internasional dari 11 negara: Indonesia, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Thailand, Jerman, Rumania, Amerika Serikat, Finlandia, Jepang, dan Korea Selatan, serta peserta dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri, termasuk Indonesia, Myanmar, Vietnam, Thailand, Malaysia, Nigeria, Rumania, Amerika Serikat, Guyana, India, Nepal, Jepang, Ekuador, Meksiko, dan El Salvador, yang bergabung dalam program ini secara daring maupun luring.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs web resmi Summer Course Program 2024 di https://pssat.ugm.ac.id/summercourse2024smartcity.

Hal ini terkait dengan SDGs 9 (Industri, inovasi, dan infrastruktur), 11 (Kota dan komunitas yang berkelanjutan), dan 17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan).

 

 

 

 

 

Tentang CESASS UGM:

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan pusat penelitian terkemuka yang didedikasikan untuk studi interdisipliner Asia Tenggara. CESASS UGM melakukan penelitian, menyelenggarakan program-program ak

ademik, dan mendorong pertukaran pengetahuan untuk memperdalam pemahaman mengenai keragaman budaya, masyarakat, dan tantangan pembangunan di Asia Tenggara.

Tentang UGM:

Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah sebuah universitas bergengsi yang terletak di Yogyakarta, Indonesia. Universitas ini terkenal dengan keunggulan akademik, kontribusi penelitian, dan komitmennya terhadap keterlibatan masyarakat. UGM berusaha untuk membina para sarjana dan pemimpin yang berwawasan global yang akan berkontribusi pada kemajuan masyarakat.

Penulis: Chou, Chen-An

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM

pssat@ugm.ac.id

(0274) 589658

Penyambutan Mahasiswa Magang dari National Chengchi University oleh CESASS UGM

Pada hari Kamis, 27 Juni 2024, Center for Southeast Asian Social Studies Universitas Gadjah Mada (CESASS UGM) mengadakan acara penyambutan mahasiswa magang dari National ChengChi University (NCCU), Taiwan. Ketiga mahasiswa asing tersebut adalah Dr: Suthasinee Huang, Chou, Chen-An, dan Wang, Yi-Ching akan mengikuti program magang di CESASS yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman substantif dengan membangun jejaring dengan para peneliti dan pakar kajian sosial Asia Tenggara selama periode akhir Juni hingga akhir Juli.

Pertemuan diawali dengan sesi penyambutan singkat, di mana Mellinia Ananda, S.I.P. menyapa para mahasiswa asing dan menjelaskan mengenai pekerjaan CESASS, kegiatan penelitiannya, serta kesempatan magang yang diberikan. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., dan para staf PSSAT UGM, yang menyampaikan ucapan selamat datang kepada para mahasiswa baru dan memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

Para peserta saling bertukar pandangan mengenai pengembangan interaksi antara NCCU dan UGM lebih lanjut dan berbagi harapan untuk magang yang akan datang. Karena ini adalah pertama kalinya Universitas Gadjah Mada menerima mahasiswa magang dari Taiwan, kesempatan ini diyakini dapat menjadi praktik yang baik dalam kontak pendidikan antara institusi kedua negara.

Setelah sesi penyambutan, para siswa diperkenalkan dengan anggota CESASS lainnya, yang memberikan saran untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia. Acara diakhiri dengan tur ke CESASS UGM dan perkenalan kampus UGM.

Program magang ini mencakup penulisan makalah penelitian dengan topik yang berkaitan dengan Asia Tenggara dengan kesempatan untuk publikasi lebih lanjut dan berkomunikasi dengan para ahli di CESASS UGM. Selain itu, mahasiswa akan mengikuti beberapa kuliah tentang aspek-aspek permasalahan regional dan memberikan kelas bahasa Mandarin kepada mahasiswa Indonesia.

Penulis: Wang, Yi-Ching

Penelitian Bersama UGM dan NCCU untuk Meninjau Kembali Peringkat Universitas di Indonesia, Taiwan, dan Vietnam

Internasionalisasi Pendidikan Tinggi (PT) masih dipandang sebagai paradigma yang kebarat-baratan, sebagian besar Anglo-Saxon, dan sebagian besar berbahasa Inggris. Mengikuti teori Hans de Wit tentang pendekatan internasionalisasi yang komprehensif dan inklusif (2019) dan menggunakan dasar pemikiran Jane Knight dalam melihat secara kritis aspek internasionalisasi dan agenda kompetitif Perguruan Tinggi (2010), sebuah penelitian bersama oleh Dr. Vissia Ita Yulianto (Universitas Gadjah Mada & National Chengchi University), Dr. Le Thi-Nham (National Chengchi University) dan Dr. Muhammad Rum (Universitas Gadjah Mada) menginvestigasi bagaimana komponen-komponen dari pendekatan neoliberal saat ini terhadap Perguruan Tinggi yang mengorbankan isu inklusi di Indonesia, Taiwan, dan Vietnam. Ching-Ping Tang, wakil presiden Urusan Internasional, National Chengchi University. Mereka juga telah melakukan wawancara dengan para administrator universitas, akademisi dan mahasiswa di National University of Science and Technology (NTUST) dan Tamkang University (TKU), Taiwan (ROC).

Searah jarum jam dari kanan ke kiri: Dr. phil. Vissia Ita Yulianto, Prof. Ching-Ping Tang, Dr. Falikul Isbah, Dr. Le Ti-Nham. Proyek ini didanai oleh Fisipol UGM (2024).

Menuju Visi ASEAN Pasca 2025, PSSAT UGM Berpartisipasi Dalam Diskusi Jaring Masukan Visi ASEAN Pilar Sosial Budaya Pasca 2025: Tantangan dan Way Forward yang diadakan oleh Direktorat Kerjasama Sosial Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Direktorat Kerjasama Sosial Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kegiatan Diskusi Jaring Masukan dengan tema “Diskusi Jaring Masukan Visi ASEAN Pilar Sosial Budaya Pasca 2025: Tantangan dan Way Forward” pada Selasa, 7 Mei 2024 di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) diundang sebagai salah satu peserta pada kegiatan diskusi ini. Kegiatan diskusi dipandu oleh Bapak Muhadi Sugiono selaku Kepala Bagian Penelitian, Jurnal, dan Kerjasama PSSAT UGM sebagai moderator acara.

Diskusi dibuka dengan pemaparan dari Sekretaris Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Ibu Carolina Tinangon. Beliau memaparkan tentang implementasi Visi Masyarakat ASEAN 2025 yang telah berhasil menciptakan berbagai pencapaian, ditandai dengan terbentuknya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan bergabungnya Timor-Leste dalam mekanisme ASEAN sebagai observer. Lalu, untuk menyongsong visi yang lebih visioner, ASEAN sedang menyusun ASEAN Community Vision (ACV) 2045. ACV 2045 disusun dengan mempertimbangkan tantangan global di masa depan yang berkaitan dengan populasi manusia dan perkembangan teknologi, di mana tantangan tersebut harus dihadapi untuk mewujudkan ASEAN yang resilient, dynamic, dan connected. “Kepentingan Indonesia sebagai middle power Asia Tenggara juga diperhatikan dalam penyusunan ini,” ujar beliau. Walaupun begitu, ASEAN sebagai kekuatan regional pun menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan visi tersebut, salah satunya adalah pace pertumbuhan dan kualitas sumber daya manusia yang berbeda-beda di setiap negara, sehingga kerja sama harus disesuaikan dengan konteks masing-masing dan perlu sinergi untuk saling mendukung perkembangan masing-masing negara.

Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari Direktur ASEAN Studies Center UGM, Dr. Dafri Agussalim. “Saya tidak mau membahas permasalahan ini secara normatif,” menjadi kalimat pembuka beliau saat menyampaikan materi tentang penguatan pilar sosial-budaya ASEAN melalui kolaborasi. Dafri menyampaikan bahwa kerjasama di bidang sosial-budaya yang selama ini terjadi cenderung menghasilkan kompetisi ketimbang kolaborasi. Beliau mengambil contoh dalam pelaksanaan ASEAN Tourism Forum, di mana masing-masing negara ASEAN berlomba-lomba untuk menunjukkan kehebatan negaranya dalam bidang seni, alih-alih berkolaborasi menciptakan identitas kebudayaan ASEAN secara bersama-sama. Di sisi lain, banyaknya pekan olahraga seperti SEA Games lebih banyak meningkatkan rasa persaingan di antara negara ASEAN alih-alih kolaborasi, seperti yang tercermin dalam rivalitas sepakbola antara Indonesia dan Malaysia. Maka mentalitas kompetisi ini harus diubah menjadi mentalitas kolaborasi, di mana harapannya ASEAN bisa membentuk identitas kolektif di bidang sosial-budaya untuk meningkatkan we-feeling di antara sesama warga ASEAN. Dafri mensimulasikan kolaborasi tersebut dengan membuat sebuah bengkel produksi film yang keseluruhan produksi cerita yang mengekspos keindahan budaya ASEAN, begitu pula pemain film dan tim produksinya yang seluruhnya berasal dari para warga ASEAN. Dalam sesi penutup, Dafri memberikan sebuah pernyataan renungan untuk seluruh hadirin, “Kedepan, kalau kita ditanya, “Kamu orang mana?”, kita tidak lagi menjawab, “Orang Indonesia,” tetapi kita menjawab, “Kami orang ASEAN!” Penciptaan identitas ke-ASEAN-an ini memerlukan imajinasi baru untuk membentuk identitas yang melampaui sekat-sekat kaku negara-bangsa.

Gagasan tentang identitas kolektif ASEAN disambut baik oleh Bapak Shofwan Al Banna Choirruzad, seorang peneliti dari The Habibie Center dan dosen Universitas Indonesia. “Identitas kolektif ASEAN penting sebagai aspek imajinasi spasial untuk menjawab berbagai tantangan global”, demikian disampaikan Shofwan melalui forum daring. Shofwan juga mengatakan bahwa dunia global saat ini sedang menghadapi segitiga triple tension, yaitu interstate system yang melibatkan interaksi institusi multilateral, global economic system yang menyebabkan ketimpangan ekonomi, dan ecological system yang terdampak perubahan iklim. Identitas ASEAN penting untuk menjawab keseluruhan tantangan tersebut karena ASEAN merupakan pusat peradaban Indo-Pasifik. Identitas ASEAN tersebut diharapkan dapat bermanfaat untuk mereformasi kebijakan global, terutama dalam tata kelola pemerintahan, keuangan, dan krisis iklim.

Iqbal Dharmawan selaku Duta Muda ASEAN menjadi pemateri pamungkas pada acara diskusi jaring masukan ini. Dalam kapasitasnya sebagai Duta Muda ASEAN, ia memaparkan apa saja kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak muda di ASEAN untuk mendukung visi sosial-budaya ASEAN Community. Pertama, pemuda dapat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan solusi yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, seperti halnya energi terbarukan, pertanian, dan manajemen sumber daya alam. Salah satu inovasi yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan teknologi adalah dengan membentuk sociopreneurship yang mencoba menjawab tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kedua, pemuda dapat menjadi agen perubahan melalui edukasi. “Peran ini dapat dilakukan dengan menyampaikan informasi praktik-praktik ramah lingkungan dan pentingnya pelestarian lingkungan,” demikian disampaikan Iqbal. Terakhir, pemuda dapat berperan sebagai advokator dalam pengambilan keputusan politik dan kebijakan publik. 

Setelah materi dipaparkan, giliran para peserta memberikan tanggapan kepada para pembicara. Ada berbagai ide-ide yang masuk dan melengkapi pembicaraan yang berlangsung selama kurang lebih empat jam. Salah satu peserta mengamini pentingnya intensifikasi kerja sama ASEAN untuk menghadapi tantangan global. Ada pula yang menekankan pentingnya kerja sama di bidang kebencanaan untuk membangun masyarakat sadar bencana dan mitigasi berbagai risiko bencana yang membuat rentan negara-negara secara global. Setelah diskusi selesai, peserta diperkenankan untuk menuju restoran dan makan siang bersama.

Drs. Muhadi Sugiono, M.A., Peneliti PSSAT UGM, berperan serta dalam penyelenggaraan Konferensi EUSAAP

Drs. Muhadi Sugiono, M.A., Peneliti di Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada (PSSAT UGM), selaku EUSA Indonesia President, bekerja sama dengan European Union, Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE), dan Institute of International Studies (IIS), menyelenggarakan EUSAAP Conference dengan tema “Revisiting EU – Asia Pacific Relations”. Bertempat di FISIPOL UGM, konferensi ini akan berlangsung selama dua hari, yaitu 20-21 Mei 2024.

Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si. M.T., mempresentasikan “Tantangan Pembangunan Smart City untuk Sustainable Development IKN”

Pada tanggal 7 Mei 2024, Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM, Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si. M.T., menjadi narasumber di acara Seminar Nasional Geomatika VII yang diselenggarakan oleh Badan Informasi geospasial (BIG) dengan tema “Informasi Geospasial untuk Ibu Kota Nusantara” di Bogor. Beliau menyampaikan materi tentang “Tantangan Pembangunan Smart City untuk Sustainable Development IKN.”

 

Kegiatan ini berkaitan dengan SDGs nomor 11 dan 17.

 

 

 

 

 

 

 

Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T. mempresentasikan “Smart City Development in Southeast Asia: A New Face of Urbanization and Urban Planning” pada acara American Association of Geographer (AAG)

Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T., Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada, diundang oleh Asian Geography Specialty Group dan Regional Development and Planning Specialty Group pada tanggal 20 April 2024  untuk presentasi secara virtual di acara American Association of Geographer (AAG) 2024 pada sesi Contemporary Thoughts on Cities, Urbanization, and Planning in South and Southeast Asia dengan menyampaikan judul Smart City Development in Southeast Asia: A New Face of Urbanization and Urban Planning. Perhelatan AAG tahun ini diselenggarakan in person di Hawaii-Honolulu dan online. Terimak asih disampaikan kepada Prof. George Pomeroy selaku Ketua Asian Urban Research Association dan Jennifer Pomeroy yang telah mengambil gambar.

 

Kegiatan ini berkaitan dengan SDGs nomor 11 dan 17.