• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • ASEAN Day
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Talk
    • CESASS TALK (Forum Diskusi)
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Magang
  • Aktivitas Magang
  • Merespon Anti-human Trafficking: Peran dan Tantangan LSM di Indonesia Oleh Aniello Iannone

Merespon Anti-human Trafficking: Peran dan Tantangan LSM di Indonesia Oleh Aniello Iannone

  • Aktivitas Magang
  • 29 Maret 2023, 10.35
  • Oleh: pssat
  • 0

Pada tanggal 15 Maret 2023, peserta magang mahasiswa PSSAT mengadakan sharing session yang dilaksanakan tiap minggu di Bangunan PAU. Putu Prisca Lusiani, mahasiswi pascasarjana Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM, secara sukarela menjadi pembicara pada sesi minggu ini, dengan tajuk “Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023: What to Expect?” Ia menganggap topik yang diangkat relevan sebab Indonesia merupakan negara anggota ASEAN paling besar. Oleh karenanya, negara anggota lainnya berharap kepada Indonesia untuk dapat menyelesaikan pelbagai permasalahan yang terjadi selama beberapa dasawarsa belakangan, termasuk ketidakstabilan politik di Myanmar.

Prisca memulai dengan menekankan ASEAN sebagai episentrum stabilitas dunia. Oleh karena letaknya yang strategis, ASEAN harus senantiasa menegakkan hukum internasional dan menghindari menjadi proksi dari negara adidaya manapun, baik Tiongkok atau Amerika Serikat. Terlebih lagi, ASEAN harus membentuk Asia Tenggara sebagai kawasan dengan harkat martabat yang mengedepankan hak asasi manusia, termasuk demokrasi.

Meskipun begitu, kepemimpinan Indonesia di ASEAN adalah hal yang sulit mengingat adanya ketidakstabilan politik di Myanmar, terutama perihal krisis kemanusiaan suku bangsa Rohingya yang bermukim di negara bagian Rakhine. Dua tahun setelah junta militer, situasi di Myanmar menjadi begitu kentara sehingga ASEAN dipertanyakan terkait kinerjanya. Walaupun terdapat kesulitan yang dihadapi Indonesia, pada bulan Februari dilaksanakan Retret Menteri Luar Negeri ASEAN yang mencakup kelanjutan dari Konsensus Lima Poin. Topik terkait legitimasi dari perwakilan militer Myanmar dalam menghadiri rapat-rapat ASEAN dan tahapan berikutnya bagi Utusan Khusus diprediksikan akan disampaikan. Namun, luaran yang terjadi adalah suatu pernyataan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dialog yang inklusif.

Lebih lanjut, Prisca membagi respons negara anggota ASEAN terhadap Myanmar menjadi tiga, yakni: 1) proaktif, yang meliputi Indonesia, Malaysia, dan Thailand; 2) kurang proaktif, yang meliputi Singapura, Filipina, dan Brunei; 3) diam, yang meliputi Vietnam, Laos, dan Kamboja. Negara anggota yang proaktif cenderung telah menerima ribuan pengungsi dari Myanmar dan terdampak langsung oleh ketidakstabilan di Myanmar. Negara yang kurang proaktif tetap terdampak oleh Myanmar meskipun dalam skala yang jauh lebih rendah. Negara anggota yang tidak memilih suatu posisi pada umumnya tidak terdampak sama sekali oleh Myanmar.

Dengan adanya keterbelahan antara negara anggota ASEAN, Prisca menekankan pentingnya “Jalan ASEAN,” yakni suatu proses penentuan keputusan yang menekankan musyawarah dan mufakat. Jalan ASEAN menekankan kesejajaran antara seluruh negara anggota ASEAN serta pentingnya kerja sama, meskipun dapat memakan waktu yang lama untuk mencapai suatu mufakat. Empat unsur utama Jalan ASEAN adalah: 1) tidak intervensi; 2) tidak menggunakan kekerasan; 3) diplomasi sunyi; 4) pencapaian mufakat. Kendati demikian, Prisca mengkritik asas tidak intervensi dari ASEAN sebab dalam praktiknya, asas tersebut membuat ASEAN gagal untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia berat.

Prisca mengakhiri presentasinya dengan membahas dua pilar sosial budaya Komunitas ASEAN: 1) akses kepada kebutuhan dasar dan pendidikan; dan 2) membangun kesadaran akan satu identitas. Sebagaimana tertulis dalam Cetak Biru ASCC 2009, pelaksanaan konkret kedua pilar tersebut meliputi advokasi peluang yang sejajar dalam pendidikan dan mendorong toleransi di antara masyarakat ASEAN.

Setelah presentasi, anggota magang berdiskusi tentang berita perihal pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh. Diskusi juga berputar kepada sejarah Myanmar dan keadaan sosial budaya terkini, yang dijelaskan secara rinci oleh Phoo dari Myanmar. Tidak hanya mengenai pengungsi, anggota magang juga membahas permasalahan terkini ASEAN lainnya, termasuk keamanan, penyalahgunaan narkotika, dan menurunnya demokrasi.

Ditulis oleh: Wiweko Rahadian Abyapta

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Recent Posts

  • CESASS UGM menyambut perwakilan dari Asian School of Business-MIT Sloan School of Management, Malaysia
  • PSSAT UGM selenggarakan The 17th International Asian Urbanization Conference
  • Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM menjadi pembicara pada acara Global Immersion Guarantee (GIG) Program UGM, ACICIS, and Monash University
  • CESASS UGM Menyambut Kunjungan Pimpinan Harvard-Yenching Institute
  • Seminar dan Monitoring-Evaluasi Akhir RKI 2024 Proyek Riset “Creative, Innovative, and Smart Sustainable City Concept for Capital City.”
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju