Pengaruh modernisasi dan banyaknya konflik agraria yang berdampak pada masyarakat adat menyebabkan banyak desa-desa di Indonesia melakukan kegiatan berbasis masyarakat, tak terkecuali di Mollo, Nusa Tenggara Timur. Pada tanggal 20-23 September 2017, Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada berkesempatan menerima tamu dari perwakilan enam desa yang tergabung dalam Apanola Atolan Pah Mollo (AAPM) atau Pelestari Adat Mollo, yakni desa-desa Ajaobaki, Fatukoto, Fatumnasi, Lelobatan, Nefokoko dan Tune yang melakukan studi banding ke Yogyakarta, antara lain Nglanggeran, di Kabupaten Gunung Kidul, Dlingo di Kabupaten Bantul serta Pulesari di Kabupaten Sleman.
Selain melakukan studi banding ke desa-desa, AAPM juga belajar untuk mengembangkan Sekolah Budaya yang baru pertama kali dikembangkan oleh masyarakat Mollo. Sekolah Budaya ini lahir karena keprihatinan terhadap peran adat dalam perlawanan masyarakat Mollo terhadap penambangan Marmer yang berlangsung dari akhir tahun 1990an hingga tahun 2000an. Pergolakan yang berimbas pada masyarakat Mollo tersebut memicu kekhawatiran terhadap adat yang meski memainkan peran besar dalam menyatukan masyarakat dalam melawan penambangan, namun adat semakin terkikis oleh pengaruh kehidupan modern, terutama kepada generasi muda. Untuk itu Sekolah Budaya menjadi sarana untuk memperkuat dan melestarikan adat Mollo.
Sebelum melakukan kunjungan ke desa-desa, peserta mengikuti workshop tentang komunikasi untuk membangun kesamaan pemahaman dan kepemilikan bersama terhadap Sekolah Budaya di masing-masing desa. Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, Kepala Pusat Studi Sosial Asia Tenggara, memandu jalannya workshop. Rombongan kelompok AAPM juga mengunjungi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan bertemu dengan Rektor UGM, Prof. Dr. Panut Mulyono, M.Eng.D.Eng. yang didampingi oleh jajaran Pembantu Rektor serta pejabat-pejabat di lingkungan UGM. Kunjungan ke UGM dimaksudkan untuk menginformasikan kegiatan Sekolah Budaya di enam desa AAPM yang didukung dan didampingi oleh tim penelitin CaRED UGM sejak tahun 2015. Muhadi Sugiono, MA, ketua tim penelitian CaRED UGM, berharap studi banding yang melibatkan para tokoh kunci dalam pelaksanaan Sekolah Budaya di Mollo bisa memberikan dampak besar dalam pelaksanaan Sekolah Budaya di desa masing-masing.
—
*Berita disadur dari Pena Nusantara tanggal 5 Oktober 2017 (http://www.penanusantara.com/wakil-enam-desa-penyelengara-sekolah-budaya-studi-banding-ke-yogyakarta/
* Foto oleh Firsto. Foto dan berita lain tentang kedatangan Pelestari Adat Mollo dapat dilihat di website UGM (https://ugm.ac.id/id/berita/14796-rektor.ugm.terima.kunjungan.pemuka.adat.mollo.utara)