• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • IKAT
    • Buku
  • Esai Akademik
    • Budaya & Linguistik
    • Media & Komunikasi
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Pendidikan
    • Hukum & HAM
    • Politik & Pemerintahan
    • Masyarakat Digital
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Aktivitas
  • [SEA Talk #14] Identitas Kosmopolitan Pelajar Indonesia di Mesir: Meninjau Produksi Pengetahuan melalui Interaksi Inter-kultural

[SEA Talk #14] Identitas Kosmopolitan Pelajar Indonesia di Mesir: Meninjau Produksi Pengetahuan melalui Interaksi Inter-kultural

  • Aktivitas, SEA Talk_ind
  • 11 April 2017, 12.24
  • Oleh: pssat
  • 0

Produksi pengetahuan yang terjadi karena interaksi sosial para pelajar Indonesia di Mesir, khususnya di Universitas Al-Azhar, memiliki peran besar dalam pembentukan identitas kosmopolitan. Dalam konteks ini, kondisi sosial sehari-hari mahasiswa di Mesir ternyata lebih berpengaruh dalam produksi pengetahuan daripada latar belakang akademik. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Judith Schlehe, Profesor dari Departemen Antropologi Universitas Freiburg, dalam diskusi SEA-Talks #14 pada Jumat (07/04). Diskusi bertajuk “Student Mobility & Knowledge Migration: Indonesian Azharites as Cultural Agents” ini diadakan di kantor Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM.

Mengutip Vertovec dan Cohen (2002), Prof. Schlehe menjelaskan bahwa untuk membentuk identitas kosmopolitan, para pelajar Indonesia harus terlibat interakasi sosio-kultural yang sifatnya cross-cultural. Alih-alih menjadi batasan atau pemisah, konstruksi antara diri dan liyan dan perbedaan kultural harus bisa diapresiasi serta menjadi pendorong interaksi. Artinya, reproduksi pengetahuan demi membentuk identitas kosmopolitan akan terjadi jika para pelajar Indonesia berinteraksi dengan para warga Mesir dalam konteks inter-kultural.

Pun demikian, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Prof. Schlehe di asrama mahasiswa Indonesia di Kairo, interaksi inter-kultural sangat minim terjadi. Para pelajar Indonesia hanya berinteraksi di ruang terbatas yang sangat homogen, yakni dengan sesama pelajar Indonesia di asrama mereka. Bahkan, mereka tidak berteman akrab dengan orang Mesir. Selain itu, ruang interaksi di dalam kampus juga minim karena banyak mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar yang jarang (46%) atau bahkan tidak pernah (17%) mengikuti perkuliahan. Hal ini mungkin terjadi karena banyak di antara pelajar Indonesia di Mesir, terutama Kairo, yang harus bekerja untuk membiayai hidup. Apalagi, ada konteks atau institusi yang mengikat mereka dengan negara asal, yakni Indonesia. Institusi ini misalnya adalah asrama daerah yang didirikan oleh pemerintah daerah di Mesir. Asrama ini memfasilitasi interaksi mereka dengan sesama pelajar Indonesia, membuat mereka sulit untuk meluaskan interaksi sosial di luar zona ‘aman’. Kondisi ini sangat berbeda dengan di Alexandria. Pelajar Indonesia  di sana bergaul dekat dengan orang Mesir karena tidak ada institusi yang mengikat mereka dengan Indonesia dan sedikitnya warga Indonesia di Alexandria.

Minimnya interaksi dengan para warga Mesir membuat para pelajar Indonesia di Kairo tidak bisa mendekonstruksi imaji akan warga Mesir yang sifatnya negatif dan stereotipikal. Bahkan, imaji ini mereka dapatkan dari narasi-narasi yang diceritakan rekan mereka dan dari media, bukan dari pengalaman pribadi. Sifat-sifat yang diasosiasikan para pelajar Indonesia kepada warga Mesir adalah kasar, suka mencuri, kotor, berbahaya, dan opresif terhadap perempuan. Menurut Prof. Schlehe, hal ini menunjukkan bagaimana pelajar Indonesia mengonstsruksikan batas antara diri dan liyan dengan menekankan pada inferioritas moral dari liyan.

Dari hasil riset etnografi yang Prof. Schlehe paparkan, Beliau menarik kesimpulan bahwa hibridisasi budaya dan reproduksi pengetahuan yang bisa mendorong identitas kosmopolitan dan pluralisme tidak terjadi.  Hal ini karena para pelajar Indonesia mengeksklusi diri dari pergaulan inter-kultural. Padahal, Prof. Schlehe menekankan, kosmopolitanisme dan pluralisme hanya akan terbentuk jika produksi pengetahuan para alumni dan pelajar Indonesia di Mesir terjadi dalam lingkup ruang sosial yang lebih luas, tidak hanya dalam komunitas yang homogen dan terbatas. (Anggi)

Recent Posts

  • SEA CHAT #35: Reflecting The Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle The Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election by Muhammad Izam Dwi Sukma
  • SEA Talk #46: Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election by Made Supriatma
  • SEA CHAT #34 Dictatorship and Political Dynasty and the Role of Media on History Politicization by Muhammad Nailul Fathul Wafiq
  • SEA-Chat #33 Part 2: Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia by Tatiana Putcniakova and The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years by Lia Korotkova
  • SEA-Chat #33 Sesi 1: Information Technology Sector in Modern ASEAN oleh Gleb Darchenkov and The Results of the G-20 Summit for Indonesia oleh Dmitry Svechnikov

Arsip

  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju