• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • IKAT
    • Buku
  • Esai Akademik
    • Budaya & Linguistik
    • Media & Komunikasi
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Pendidikan
    • Hukum & HAM
    • Politik & Pemerintahan
    • Masyarakat Digital
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Aktivitas
  • [SEA-TALK #45] Menegosiasikan Strategi Mediasi Orang Tua Penggunaan Media Digital Remaja di Keluarga Muslim Jawa Perkotaan dan Pedesaan

[SEA-TALK #45] Menegosiasikan Strategi Mediasi Orang Tua Penggunaan Media Digital Remaja di Keluarga Muslim Jawa Perkotaan dan Pedesaan

  • Aktivitas, SEA Talk_ind
  • 17 Mei 2022, 15.54
  • Oleh: pssat
  • 0

“Di era ini, dimana penggunaan digital telah menjadi masif, akses yang mudah ke internet menjadi hal penting bagi semua orang termasuk anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk melindungi anak-anak mereka dari pedang bermata dua internet, yang meskipun begitu banyak manfaat yang ditawarkan, juga membuat mereka terpapar pada beberapa hal yang merugikan”, kata Nobertus R. Santoso, dosen ilmu komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada rangkaian webinar South East Asia Talk (SEA TALK) ke-45, yang diselenggarakan oleh Center for Southeast Asian Social Studies (CESASS), Universitas Gadjah Mada

Topik tentang “Menegosiasikan Strategi Mediasi Orang Tua dalam Penggunaan Media Digital oleh Remaja di Keluarga Muslim Jawa Perkotaan dan Pedesaan” merupakan temuan awal dari proyek PhD-nya di perguruan tinggi Komunikasi Massa, Universitas Filipina, Nobertus.

Berputar di sekitar budaya keluarga Muslim Jawa, Ia menyelidiki bagaimana orang tua menyesuaikan diri dengan normal baru penggunaan digital, mengadopsi strategi mediasi dengan prinsip memaksimalkan manfaat, dan meminimalkan risiko online. Nobertus, secara khusus memperhatikan strategi mediasi orang tua dengan mengintegrasikan tiga tingkat analisis, yaitu tingkat budaya, tingkat orang tua, dan tingkat remaja.

Dilihat dari tataran budaya, nilai-nilai Jawa dan Islam mempengaruhi sifat pengasuhan, seperti tata krama (kata bahasa Jawa untuk kesantunan) dan peran tradisional orang tua. Ia menemukan bahwa peran ayah Jawa adalah pencari nafkah keluarga yang harus melindungi remaja mereka dari bahaya penggunaan digital dan untuk memberikan pendidikan serta kebutuhan keuangan, sementara ibu Jawa, sebagai pengasuh, memiliki tanggung jawab besar untuk membantu mereka. anak-anak mengembangkan karakter mereka sambil juga melindungi nilai-nilai Islam di rumah mereka. Menariknya, banyak orang tidak menyadari bahwa peran pembatasan ini didasarkan pada konsep “status perempuan” dalam keluarga muslim Indonesia, yang oleh Julia Suryakusuma disebut sebagai “ibuisme negara/keibu”—an ideologi yang mendefinisikan perempuan sebagai embel-embel dan pendamping bagi suaminya, sebagai penerus bangsa, mengukuhkan perannya sebagai ibu dan pendidik anak, sebagai pembantu rumah tangga, dan sebagai anggota masyarakat Indonesia dalam urutan yang tepat.[1]

Pada studi tingkat kedua, tingkat orang tua, ditunjukkan bagaimana orang tua Jawa menggunakan berbagai gaya pengasuhan yang mempengaruhi pertumbuhan remaja seperti permisif, otoriter, otoritatif, dan lalai atau tidak terlibat. Penting juga untuk diketahui bahwa pola asuh dalam keluarga Muslim Jawa mengutamakan kepatuhan, keyakinan agama, kesopanan, dan oleh karena itu adalah tugas orang tua untuk mengajari anak-anak mereka bagaimana memanfaatkan platform digital secara bertanggung jawab sekaligus mengurangi dampak negatif yang menyertainya mereka.

Terakhir, melalui tingkat remaja, Nobertus mengamati bagaimana para remaja digital savvy yang kini tampak menjalani kehidupan online cenderung menyembunyikan aktivitas internet mereka dari orang tua mereka. Selain itu, platform media digital mendorong remaja untuk menghasilkan rasa harapan sosial: kebebasan, kepercayaan, otonomi, dan tanggung jawab untuk penggunaan media digital. Namun, penting juga untuk dicatat bahwa latar belakang demografis menentukan sejauh mana remaja terpapar penggunaan media digital, karena remaja perkotaan jelas memiliki lebih banyak paparan penggunaan digital dibandingkan dengan remaja yang tinggal di daerah pedesaan. Dengan demikian, karakteristik ini harus dipertimbangkan dalam meneliti strategi mediasi orang tua.

Kajian Nobertus mengisi celah di mana studi-studi sebelumnya berfokus pada peran ibu Muslim dengan sama-sama memperhatikan untuk memasukkan peran ayah Muslim dalam mengelola penggunaan internet remaja di bawah persimpangan pengaturan budaya, agama, dan geografis. Studi lapangannya dilakukan pada bulan Maret. 2021 di Yogyakarta, Indonesia. 

[1] Suryakusuma, Julia I. (1996). “Negara dan Seksualitas di Indonesia Orde Baru.” Dalam Laurie Sears (ed.), Fantasi Feminin di Indonesia. Durham: Duke University Press, hal. 101.

Recent Posts

  • SEA CHAT #35: Reflecting The Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle The Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election by Muhammad Izam Dwi Sukma
  • SEA Talk #46: Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election by Made Supriatma
  • SEA CHAT #34 Dictatorship and Political Dynasty and the Role of Media on History Politicization by Muhammad Nailul Fathul Wafiq
  • SEA-Chat #33 Part 2: Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia by Tatiana Putcniakova and The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years by Lia Korotkova
  • SEA-Chat #33 Sesi 1: Information Technology Sector in Modern ASEAN oleh Gleb Darchenkov and The Results of the G-20 Summit for Indonesia oleh Dmitry Svechnikov

Arsip

  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju