SEA Chat (Southeast Asian Chat) merupakan agenda bulanan PSSAT (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) yang mengajak mahasiswa untuk berdiskusi tentang negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Hal ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang nyata tentang keadaan negara bersangkutan, berbagi informasi, dan menjadi jalan untuk memahami satu sama lain. Pada pada hari Senin (24/07/2017) pukul 15:00 di Perpusatakaan PSSAT, SEA Chat kembali diadakan untuk yang kelima kalinya. Dengan tema “Unstereotyping Southeast Asia”, kali ini SEA Chat mengundang Gibson Haynes, seorang pengkaji Asia Tenggara asal Amerika Serikat dari John Hopkins University.
Juli
Asia Tenggara adalah sub-wilayah yang sangat beragam dan berlapis-lapis di Asia yang terdiri dari negara-negara yang berbeda dengan etnis, bahasa, budaya, dan masyarakat yang berbeda. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara berbagi ciri-ciri sosial budaya yang khas, dalam hal bahasa yang digunakan, etnis, agama, budaya, dan masyarakat yang berbeda satu sama lain. Secara khusus, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dianggap sebagai negara Asia Tenggara yang sangat beragam, secara etnis, bahasa, agama, budaya, sosial, dan politik. Tetapi mereka beragam dalam berbagai cara dan mengatasi keragaman dengan cara yang berbeda (Ali, 2011).
Bentuk korupsi yang terjadi pada sektor swasta antara lain adalah masalah perijinan, pengadaan barang dan jasa, politik uang, penyuapan dan pasal siluman. Pasal siluman adalah pasal-pasal dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) yang masuk ke dalam naskah atas peran pihak swasta. Tidak hanya itu, pasal semacam ini bahkan bisa muncul dalam produk hukum di bawahnya seperti Peraturan Menteri. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Rimawan Pradiptyo, dosen Departemen Ekonomi, FEB UGM, dalam diskusi rutin SEA-Talks #15 pada Kamis, 15 Juni 2017.