• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • IKAT
    • Buku
  • Esai Akademik
    • Budaya & Linguistik
    • Media & Komunikasi
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Pendidikan
    • Hukum & HAM
    • Politik & Pemerintahan
    • Masyarakat Digital
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • riset
  • Pluralitas Memori Digital tentang 1965: Melacak Titik Konsensus

Pluralitas Memori Digital tentang 1965: Melacak Titik Konsensus

  • riset
  • 10 November 2018, 21.22
  • Oleh: pssat
  • 0

Media merekonstruksi dan memediasi memori kolektif (Haskin, 2007; Sturken, 2008; Hoskins, 2014). Media baru memungkinkan terjadinya archiving, distributing, exhibiting, retrieving (Van House & Churchill, 2008), maupun menjadi arena kontestasi memori (Bindas, 2010) melalui deconstructing dan reconstructing terkait ingatan kolektif tentang 1965/66. Pengguna utama media baru seperti media sosial Youtube, Twitter dan Instagram di Indonesia adalah kelompok milenial yang relatif terputus dari ideologisasi rezim dan relatif bebas dari propaganda formal Orba tentang 1965.

Ada tiga jenis riset tentang memori kolektif di media digital. Pertama, banyak mengambil fokus pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat teknologi digital telah meluas di masyarakat dan menggambarkan bagaimana warganet menggunakan media digital untuk mengarsip, berbagai dan mengingat (Hess, 2007; Arthur, 2011; Allen & Bryan, 2011). Kedua, banyak riset memotret peristiwa terkini tentang penggunaan media digital untuk merekonstruksi atau mengingat sebuah peristiwa silam (komemorasi) atau tokoh yang telah tiada (memorialising) sebelum teknologi digital mengemuka (Recuber, 2012, Blackburn, 2013, Kalkina, 2013, Marschall, 2013, Döveling, Harju & Shavit , 2015). Ketiga, peristiwa silam yang diangkat sudah dianggap sebagai sebuah trauma seperti Holocaust (Menyhért , 2011) bahkan telah menjadi memori kosmopolit ekstrateritorial (Levy & Sznaider, 2002).

Berbeda dari ketiga jenis riset yang sudah ada di atas, riset ini mengangkat peristiwa silam, jauh sebelum teknologi digital hadir, dan masih belum ‘terselesaikan’ yaitu peristiwa 1965/66. Peristiwa tersebut diam-diam menjadi trauma publik sekaligus sejak Reformasi 1998 mengalami interpretasi terbuka. Karena peristiwa 1965/66 ‘belum tuntas’ dan tidak ada ‘rekonstruksi resmi’ dari negara, peristiwa itu dikenang dalam beragam bentuk memori digital di ranah publik dan tersebar.

Riset yang sudah ada memandang memori hegemonik dan tandingan terkandung inheren –secara berurutan– di media mainstream dan media online (Birkner & Donk, 2018). Sementara, riset ini memandang bahwa baik di media mainstream maupun media online, memori hegemonik maupun tandingan dapat terjadi (Möckel-Rieke, 1998) dan konten ingatan kolektif pada media mainstream maupun media baru belum tentu sebagai sesuatu yang dapat dipertandingkan (Gehl, 2009).

Pertayaan riset ini adalah bagaimana pertarungan narasi peristiwa 65/66 dalam media baru di kelompok milenial era demokrasi? Masih kuatkah narasi master tentang peristiwa 65/66? Bagaimana narasi tandingan tentang peristiwa 65/66 di media baru (Youtube, Instagram, Twitter)?

Penelitian oleh Dr. Hakimul Ikhwan, Gilang Desti Parahita, MA, and Dr. phil. Vissia Ita Yulianto dari Program Hibah Kolaboratif Lintas Fakultas ISIPOL UGM tahun 2018 ini mencermati dua hal yaitu: konten memori digital: 1965/66 sebagai sebuah memori yang muncul sebagai fokus maupun konteks pada sebuah narasi atau wacana pada sejumlah media sosial, dan siapa (menggunakan konsep Wulf Kansteiner (2002) tentang pembentukan memori kolektif) yang memproduksi konten memori digital.

 

Recent Posts

  • SEA CHAT #35: Reflecting The Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle The Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election by Muhammad Izam Dwi Sukma
  • SEA Talk #46: Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election by Made Supriatma
  • SEA CHAT #34 Dictatorship and Political Dynasty and the Role of Media on History Politicization by Muhammad Nailul Fathul Wafiq
  • SEA-Chat #33 Part 2: Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia by Tatiana Putcniakova and The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years by Lia Korotkova
  • SEA-Chat #33 Sesi 1: Information Technology Sector in Modern ASEAN oleh Gleb Darchenkov and The Results of the G-20 Summit for Indonesia oleh Dmitry Svechnikov

Arsip

  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju