• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
      • Aktivitas Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Magang
  • Aktivitas Magang
  • Sharing Session “Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023: What to Expect?” oleh Putu Prisca Lusiani

Sharing Session “Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023: What to Expect?” oleh Putu Prisca Lusiani

  • Aktivitas Magang
  • 21 Maret 2023, 10.21
  • Oleh: pssat
  • 0

Pada tanggal 15 Maret 2023, peserta magang mahasiswa PSSAT mengadakan sharing session yang dilaksanakan tiap minggu di Bangunan PAU. Putu Prisca Lusiani, mahasiswi pascasarjana Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM, secara sukarela menjadi pembicara pada sesi minggu ini, dengan tajuk “Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023: What to Expect?” Ia menganggap topik yang diangkat relevan sebab Indonesia merupakan negara anggota ASEAN paling besar. Oleh karenanya, negara anggota lainnya berharap kepada Indonesia untuk dapat menyelesaikan pelbagai permasalahan yang terjadi selama beberapa dasawarsa belakangan, termasuk ketidakstabilan politik di Myanmar.

Prisca memulai dengan menekankan ASEAN sebagai episentrum stabilitas dunia. Oleh karena letaknya yang strategis, ASEAN harus senantiasa menegakkan hukum internasional dan menghindari menjadi proksi dari negara adidaya manapun, baik Tiongkok atau Amerika Serikat. Terlebih lagi, ASEAN harus membentuk Asia Tenggara sebagai kawasan dengan harkat martabat yang mengedepankan hak asasi manusia, termasuk demokrasi.

Meskipun begitu, kepemimpinan Indonesia di ASEAN adalah hal yang sulit mengingat adanya ketidakstabilan politik di Myanmar, terutama perihal krisis kemanusiaan suku bangsa Rohingya yang bermukim di negara bagian Rakhine. Dua tahun setelah junta militer, situasi di Myanmar menjadi begitu kentara sehingga ASEAN dipertanyakan terkait kinerjanya. Walaupun terdapat kesulitan yang dihadapi Indonesia, pada bulan Februari dilaksanakan Retret Menteri Luar Negeri ASEAN yang mencakup kelanjutan dari Konsensus Lima Poin. Topik terkait legitimasi dari perwakilan militer Myanmar dalam menghadiri rapat-rapat ASEAN dan tahapan berikutnya bagi Utusan Khusus diprediksikan akan disampaikan. Namun, luaran yang terjadi adalah suatu pernyataan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi dialog yang inklusif.

Lebih lanjut, Prisca membagi respons negara anggota ASEAN terhadap Myanmar menjadi tiga, yakni: 1) proaktif, yang meliputi Indonesia, Malaysia, dan Thailand; 2) kurang proaktif, yang meliputi Singapura, Filipina, dan Brunei; 3) diam, yang meliputi Vietnam, Laos, dan Kamboja. Negara anggota yang proaktif cenderung telah menerima ribuan pengungsi dari Myanmar dan terdampak langsung oleh ketidakstabilan di Myanmar. Negara yang kurang proaktif tetap terdampak oleh Myanmar meskipun dalam skala yang jauh lebih rendah. Negara anggota yang tidak memilih suatu posisi pada umumnya tidak terdampak sama sekali oleh Myanmar.

Dengan adanya keterbelahan antara negara anggota ASEAN, Prisca menekankan pentingnya “Jalan ASEAN,” yakni suatu proses penentuan keputusan yang menekankan musyawarah dan mufakat. Jalan ASEAN menekankan kesejajaran antara seluruh negara anggota ASEAN serta pentingnya kerja sama, meskipun dapat memakan waktu yang lama untuk mencapai suatu mufakat. Empat unsur utama Jalan ASEAN adalah: 1) tidak intervensi; 2) tidak menggunakan kekerasan; 3) diplomasi sunyi; 4) pencapaian mufakat. Kendati demikian, Prisca mengkritik asas tidak intervensi dari ASEAN sebab dalam praktiknya, asas tersebut membuat ASEAN gagal untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia berat.

Prisca mengakhiri presentasinya dengan membahas dua pilar sosial budaya Komunitas ASEAN: 1) akses kepada kebutuhan dasar dan pendidikan; dan 2) membangun kesadaran akan satu identitas. Sebagaimana tertulis dalam Cetak Biru ASCC 2009, pelaksanaan konkret kedua pilar tersebut meliputi advokasi peluang yang sejajar dalam pendidikan dan mendorong toleransi di antara masyarakat ASEAN.

Setelah presentasi, anggota magang berdiskusi tentang berita perihal pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh. Diskusi juga berputar kepada sejarah Myanmar dan keadaan sosial budaya terkini, yang dijelaskan secara rinci oleh Phoo dari Myanmar. Tidak hanya mengenai pengungsi, anggota magang juga membahas permasalahan terkini ASEAN lainnya, termasuk keamanan, penyalahgunaan narkotika, dan menurunnya demokrasi.

Ditulis oleh: Wiweko Rahadian Abyapta

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Recent Posts

  • Kajian Analisis Kesenjangan Kompetensi dan Kualifikasi Pegawai beserta Rencana Tindak Lanjut BKPSDM Kota Balikpapan
  • Kajian Penyusunan Pola Karier BKPSDM Kota Balikpapan
  • Kajian Pemberian Penghargaan Pegawai Berprestasi BKPSDM Kota Balikpapan
  • PSSAT UGM Menyambut Tim Riset Multidisipliner antara Indonesia, Taiwan, dan Jepang
  • Presentasi Laporan Pendahuluan Kajian Rencana Kebutuhan Pegawai Jangka Menengah Berdasarkan Jenis Jabatan di Pemerintah Kota Balikpapan

Arsip

  • September 2023
  • Agustus 2023
  • Juli 2023
  • Juni 2023
  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Aktivitas Magang
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Magang
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju