Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada berhasil mendapatkan hibah untuk melaksanakan program World Class Professor (WCP). Program WCP adalah program berbasis inovasi yang dinisiasi oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Dalam pelaksanaannya, program ini mengundang profesor dari universitas kelas dunia untuk ditempatkan sebagai visiting professor di perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu, program ini juga membuka ruang bagi peneliti-peneliti dari Indonesia untuk berkunjung ke institusi profesor tersebut untuk saling bertukar pikiran dan menghasilkan produksi pengetahuan seperti riset dan publikasi bersama. Selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi di jurnal internasional, program ini juga bertujuan untuk menghasilkan penguatan kerjasama antar lembaga, juga mendorong terbentuknya global satellite research center. Memanfaatkan skema yang ditawarkan, PSSAT UGM berkolaborasi dengan Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir (PKMBRP) Universitas Diponegoro, serta Pusat Studi Tsunami dan Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala yang terbentuk menjadi konsorsium WCP dengan mengusung tema besar “Komunikasi Ekologi dalam Penanggulangan Kebencanaan Maritim di Asia Tenggara.”
Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada berhasil menggelar program SEA Movie 2017 bertajuk Borderless On Screen pada tanggal 8-9 Agustus 2017 di ruang audio visual Lembaga Indonesia Perancis (IFI-LIP), Yogyakarta. Acara berlangsung dari pukul 09.00-16.00 WIB yang dimulai dengan sambutan dari Ade Nuriadin, M.A selaku program manager SEA Movie. Selanjutnya, program ini resmi dibuka oleh Direktur PSSAT UGM, Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni yang berharap bahwa film-film pendek yang diputar dalam SEA Movie dapat menjadi media yang memunculkan kesadaran kepada masyarakat sebagai komunitas Asia Tenggara.
Pentingnya TIK telah meningkat dari waktu ke waktu. Melihat perkembangan TIK sepanjang waktu telah mempengaruhi perkembangan sektor lain secara positif. Selain itu, pengembangan TIK memungkinkan kerjasama dan integrasi sektor-sektor lain yang lebih mudah dan cepat di dalam dan di antara negara-negara bagian. Berkenaan dengan ASEAN, TIK memainkan peran utama integrasi yang lebih baik di dalam dan di antara negara-negara anggotanya sejak didirikan pada tahun 1967. Saya dapat menjamin bahwa tanpa pembangunan TIK di ASEAN, Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN akan diberlakukan paling lambat 1992; pembentukan Komunitas ASEAN akan berlaku mungkin dalam 10 tahun mendatang. Selain itu, sebagian besar kerjasama dan integrasi di ASEAN saat ini adalah berbasis TIK, sehingga perjanjian yang lebih mudah dan cepat akan dimungkinkan. Meskipun demikian, masih ada hambatan bagi integrasi ASEAN bersama dengan jurang pengembangan TIK di dalam dan di antara negara-negara anggota ASEAN. Dalam artikel ini, saya akan secara khusus memperhatikan tindakan yang telah diambil dari elemen / aktor tertentu untuk mempersempit kesenjangan pengembangan TIK serta parameternya. Akhirnya, saya akan merekomendasikan solusi yang mungkin dapat diambil untuk menutup kesenjangan serta untuk mendorong integrasi ASEAN.
SEA Chat (Southeast Asian Chat) merupakan agenda bulanan PSSAT (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) yang mengajak mahasiswa untuk berdiskusi tentang negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Hal ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang nyata tentang keadaan negara bersangkutan, berbagi informasi, dan menjadi jalan untuk memahami satu sama lain. Pada pada hari Senin (24/07/2017) pukul 15:00 di Perpusatakaan PSSAT, SEA Chat kembali diadakan untuk yang kelima kalinya. Dengan tema “Unstereotyping Southeast Asia”, kali ini SEA Chat mengundang Gibson Haynes, seorang pengkaji Asia Tenggara asal Amerika Serikat dari John Hopkins University.
Asia Tenggara adalah sub-wilayah yang sangat beragam dan berlapis-lapis di Asia yang terdiri dari negara-negara yang berbeda dengan etnis, bahasa, budaya, dan masyarakat yang berbeda. Selain itu, negara-negara Asia Tenggara berbagi ciri-ciri sosial budaya yang khas, dalam hal bahasa yang digunakan, etnis, agama, budaya, dan masyarakat yang berbeda satu sama lain. Secara khusus, Indonesia, Malaysia, dan Singapura dianggap sebagai negara Asia Tenggara yang sangat beragam, secara etnis, bahasa, agama, budaya, sosial, dan politik. Tetapi mereka beragam dalam berbagai cara dan mengatasi keragaman dengan cara yang berbeda (Ali, 2011).
Bentuk korupsi yang terjadi pada sektor swasta antara lain adalah masalah perijinan, pengadaan barang dan jasa, politik uang, penyuapan dan pasal siluman. Pasal siluman adalah pasal-pasal dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) yang masuk ke dalam naskah atas peran pihak swasta. Tidak hanya itu, pasal semacam ini bahkan bisa muncul dalam produk hukum di bawahnya seperti Peraturan Menteri. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Rimawan Pradiptyo, dosen Departemen Ekonomi, FEB UGM, dalam diskusi rutin SEA-Talks #15 pada Kamis, 15 Juni 2017.
Di era digital saat ini, peran pemerintah daerah, terutama dalam saluran yang terkait dengan publik, sangat penting untuk mengelola dan menyebarkan informasi. Dengan memperhatikan peran PR di pemerintah daerah, CESASS mengadakan Pelatihan Hubungan Masyarakat & Manajemen Informasi yang diadakan dari 7 Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 di CESASS. Pelatihan ini diikuti oleh dua belas peserta yang merupakan alat hubungan masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Aceh Tamiang, Kalimantan Utara, Berau, Sukabumi, D.I.Yogyakarta, dan Jawa Tengah.
Pendidikan menjadi salah satu faktor kunci dalam menguatkan semangat kebersamaan antar negara-negara di Asia Tenggara sebagai suatu komunitas bangsa. Hal ini pula yang mendasari Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada untuk membuka lebar-lebar kesempatan bagi mahasiswa dari negara tetangga di Asia Tenggara maupun negara lain yang ingin bertukar wawasan dan berbagi pengalaman sosial-kultural.
Pada hari Senin (29/05/2017), PSSAT UGM menerima empat mahasiswa dari Mahidol University, Thailand dalam acara sharing session yang dilaksanakan di kantor PSSAT UGM. Keempat mahasiswa tersebut adalah Nisanat Watthayu (Faculty of Liberal Arts), Yosita Jampafeung (Faculty of Liberal Arts), Thanatcha Somchaimongkol (Faculty of Liberal Arts) and Warachote Shinwasusin(Faculty of Engineering) yang merupakan penerima Backpack Scholarship, sebuah program yang diperuntukkan untuk mengeksplorasi wilayah ASEAN dan mengunjungi kampus-kampus dengan tujuan menambah wawasan global, mengembangkan kemampuan bersosialiasi, dan berbahasa bagi mahasiswa Thailand. Keempat mahasiswa ini juga merupakan duta dari program Mahidol University International Relations (MURI) yang bertujuan mendukung program hubungan kerjasama internasional dari Mahidol University.
Menyadari pentingnya penguasaan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dalam meningkatnya persaingan global, Nakhon Pathom Rajabhat University (NPRU), Thailand bekerja sama dengan Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT/CESASS) UGM mengadakan NPRU Summer Program at CESASS.
Dilaksanakan mulai dari 27 May 2017 – 20 Juni 2017, program ini diikuti oleh 14 mahasiswa dari Nakhon Pathom Rajabhat University serta didampingi oleh 8 buddy dari Universitas Gadjah Mada. Selain pembelajaran Bahasa Inggris, tur tempat wisata Yogyakarta dan sekitarnya turut menjadi agenda dalam program ini.
Dalam rangka peringatan 50 tahun ASEAN, Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) bekerja sama dengan Mission of Japan to ASEAN menyelenggarakan kegiatan seminar internasional dengan tema “Strengthening Japan and ASEAN Relations on the Ocassion of the ASEAN 50th Anniversary”. Seminar ini merupakan wujud komitmen PSSAT UGM dalam mengembangkan kajian mengenai Asia Tenggara dan hubungannya dengan negara lain di luar kawasan. Dalam kegiatan ini, PSSAT UGM memberikan kajian khusus mengenai penguatan hubungan antara Jepang dan ASEAN dalam perspektif sosial.