• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
    • EnglishEnglish
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • MMAT (SUMMER COURSE)
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
    • Symposium on Social Science (SOSS)
      • Symposium on Social Science 2018
      • Symposium on Social Science 2020
    • SEA MCA
    • SEA Gate
    • SEA Talk
    • SEA Chat
    • SEA Movie
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • MAGANG INTERNASIONAL
      • Aktivitas Magang
    • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Buku
    • Jurnal
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • Uncategorized
  • [SEATALK PSSAT #34] Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial

[SEATALK PSSAT #34] Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial

  • Uncategorized
  • 23 Mei 2020, 13.31
  • Oleh: pssat
  • 0

“Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, kemungkinan akan kembali ke skenario business as usual atau munculnya kenormalan-kenormalan baru karena belum ada bahasan mengenai bagaimana seharusnya membangun relasi sosial dan ekologis,” tutur I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. dalam webinar SEATALK #34 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada hari Selasa (11/04/2020).

Diskusi webinar dengan topik Pandemi Covid-19 dalam Teropong Ilmu Sosial menghadirkan dua pembicara, yaitu I Gusti Agung Made Wardana, Ph.D. (Departemen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM) dan Dr. Aprinus Salam, M.Hum. (Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM). Covid-19 merupakan zoonosis sehingga tidak dapat dilepaskan dari relasi sosial dengan ekologis.

Agung secara runtut menyoroti kondisi manusia dengan alam pada saat sebelum pandemi, saat pandemi, dan pasca-pandemi. Menurut teori The Great Acceleration, dapat dilihat bagaimana laju kehilangan hutan di Kalimantan sejak tahun 1973 hingga 2020. Hilangnya hutan secara tidak langsung merupakan bermula dari tidak berfungsinya hukum lingkungan secara maksimal. Akibatnya, habitat alami satwa liar mengalami perusakan yang diikuti dengan perdagangan satwa liar yang memungkinkan terjadinya perpindahan penyakit dari satwa liar ke tubuh manusia. Dahulu, satwa liar dimanfaatkan dalam bidang pengobatan tradisional China, namun kini pemanfaatannya meluas hingga ke ranah kuliner dan fashion.

Indonesia merupakan pemasok satwa liar ke pasar dunia, termasuk trenggiling. Perdagangan ilegal satwa liar dari Jawa ke China sudah dimulai sejak tahun 1925. Pada tahun 2015-2018 di Indonesia terdapat 23 kasus perdagangan ilegal trenggiling berjumlah lebih dari 3.300 ekor dengan tujuan utama China. Data ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kontribusi secara tidak langsung bagi kemunculan Covid-19 karena Indonesia telah gagal mencegah laju perdagangan ilegal satwa liar ke tingkat dunia.

Pada saat terjadi pandemi, kebijakan lockdown dan physical distancing yang lazim diterapkan, berimbas pada menurunnya polusi dan pencemaran sehingga ada perbaikan lapisan ozon. Akan tetapi, di sisi lain terjadi penundaan penegakan hukum lingkungan yang dapat berdampak pada peningkatan kejahatan lingkungan oleh lemahnya pengawasan, mengesampingkan instrumen pencegahan kerusakan lingkungan, dan peningkatan sampah (plastik, medis, deterjen, dan lain sebagainya). Pasca-pandemi Covie-19, Agung menegaskan bahwa konsep reorientasi untuk menjaga keseimbangan manusia dengan alam sangat diperlukan untuk mencegah pandemi-pandemi pada masa mendatang. Selanjutnya, ketertinggalan ekonomi dapat dikejar.

Dr. Aprinus Salam menuturkan bahwa pandemi Covid-19 membawa dampak pada normalisasi-normalisasi baru tentang kehidupan dan kematian. Pandemi ini membuat kehidupan berubah. Ada normalisasi baru, seperti berkegiatan dari rumah, berkomunikasi dari rumah, dan tidak perlu berkontak fisik. Pun ada normalisasi baru tentang kematian.

“Pandemi Covid-19 ini adalah uji coba kita, dunia kehidupan seperti apa yang akan kita alami pada masa mendatang,” tutur Dr. Aprinus Salam.

Setiap kelas dalam masyarakat memiliki parameter normalisasi kehidupan dan kematian yang berbeda yang membentuk konfigurasi tataran kebudayaan dalam tingkat dunia. Lebih lanjut, Dr. Aprinus Salam menambahkan bahwa kebudayaan harus di-rethinking atau dikaji ulang karena ada potensi terbentuknya kesetimbangan new normal. Selama ini strategi budaya di dunia bisa berjalan dengan hal-hal yang tidak selalu material, tetapi juga denga hal yang tak kasat mata. Diperlukan strategi-strategi kebudayaan masa mendatang untuk mendapatkan kesetimbangan. Harus ada keseimbangan antara pencipta, manusia, alam, dan aspek lain utk ke depannya. Ketika hidup seimbang, maka hidup dinilai normal.

Tags: Covid-19 SEATALK

Recent Posts

  • Serah Terima Laporan Kegiatan dan Keuangan PSSAT UGM
  • Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Geografi Perkotaan pada Fakultas Geografi UGM oleh Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T.
  • Sharing Session “Ketentuan Larangan FGM (Sunat Perempuan) dari Indonesia ke Dunia Global” oleh Shynna Nor M.Siawan
  • Merespon Anti-human Trafficking: Peran dan Tantangan LSM di Indonesia Oleh Aniello Iannone
  • Sharing Session “Indonesia’s Chairmanship in ASEAN 2023: What to Expect?” oleh Putu Prisca Lusiani

Arsip

  • Mei 2023
  • April 2023
  • Maret 2023
  • Januari 2023
  • Desember 2022
  • November 2022
  • Oktober 2022
  • September 2022
  • Agustus 2022
  • Juli 2022
  • Mei 2022
  • Maret 2022
  • Februari 2022
  • September 2021
  • Mei 2021
  • Desember 2020
  • Oktober 2020
  • Mei 2020
  • Maret 2020
  • Februari 2020
  • Januari 2020
  • Juli 2019
  • Juni 2019
  • Mei 2019
  • April 2019
  • Maret 2019
  • Desember 2018
  • November 2018
  • Oktober 2018
  • September 2018
  • Agustus 2018
  • Juli 2018
  • Juni 2018
  • Mei 2018
  • Maret 2018
  • Februari 2018
  • Januari 2018
  • Desember 2017
  • November 2017
  • Oktober 2017
  • September 2017
  • Agustus 2017
  • Juli 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017
  • Februari 2017
  • Januari 2017
  • Desember 2016
  • Oktober 2016
  • September 2016
  • Agustus 2016
  • Juli 2016
  • Juni 2016
  • Mei 2016
  • April 2016
  • Maret 2016
  • Februari 2016
  • Januari 2016
  • Desember 2015

Kategori

  • Aktivitas
  • Aktivitas Magang
  • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
  • Esai Akademik
  • Hukum dan Hak Asasi Manusia
  • Magang
  • Media dan Komunikasi
  • Pendidikan
  • Politik dan Hubungan Internasional
  • riset
  • SEA Chat_ind
  • SEA Gate_ind
  • SEA Movie_ind
  • SEA Talk_ind
  • Sejarah dan Budaya
  • Uncategorized
  • workshop

Meta

  • Masuk
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju