• Tentang UGM
  • IT Center
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Peneliti
    • Peneliti Mitra
    • Mitra
    • Perpustakaan
  • Penelitian
    • Penelitian
    • Kluster
  • Program
    • Konferensi Internasional
      • Konferensi Urbanisasi Asia Internasional ke-17
      • SEA MCA 2021
      • Symposium on Social Science 2020
      • Symposium on Social Science 2018
    • SUMMER COURSE
      • Summer Course 2021
      • Summer Course 2022
      • Summer Course 2023
      • PROGRAM SUMMER COURSE MMAT 2024 SOCIAL TRANSFORMATION IN CONTEMPORARY SOUTHEAST ASIA
    • CESASS Research Fellowship
    • Magang
      • MAGANG DOMESTIK
      • Aktivitas Magang
      • Essay Magang
    • CESASS TALK
    • CESASS Chat
    • Program Sebelumnya
      • SEA Talk
      • SEA Chat
      • SEA Movie
    • Pelatihan
      • Workshop Kominfo
  • Publikasi
    • Jurnal
    • Buku
    • Prosiding
  • Esai Akademik
    • Ekonomi & Kesejahteraan Sosial
    • Hukum dan Hak Asasi Manusia
    • Media dan Komunikasi
    • Pendidikan
    • Politik dan Hubungan Internasional
    • Sejarah dan Budaya
    • Panduan Artikel
  • Beranda
  • 2022
Arsip:

2022

SEA CHAT #35: Reflecting The Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle The Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election by Muhammad Izam Dwi Sukma

Aktivitas Magang Wednesday, 28 December 2022

Pada Jumat, 23 Desember 2022 lalu, Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mengadakan Southeast Asian Chat (SEACHAT) ke-35. Sesi kali ini diisi oleh Muhammad Izam Dwi Sukma, mahasiswa magang PSSAT UGM yang berasal dari Universitas Islam Indonesia, jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Dalam kesempatan ini, ia memaparkan risetnya yang berjudul “Reflecting the Role of Yang Di Pertuan Agong to Settle the Political Uncertainty After Malaysia 15th General Election.”  

 

Diskusi diawali dengan penjelasan sekilas tentang Malaysia. Mulai dari bentuk negara, pembagian sistem politik dan pemerintahan. Kemudian dilanjutkan dengan kondisi Pemerintah Malaysia sebelum dilaksanakannya Pemilihan Umum (Pemilu) ke-15 pada 19 November 2022, pasca pembubaran parlemen sekaligus mundurnya Perdana Menteri (PM) terdahulu Malaysia, Ismail Saabri Yakob. Izam menggarisbawahi bahwa jauh sebelum dilaksanakan Pemilu ke-15 ini, kondisi politik Malaysia bisa dianggap kurang stabil, ditandai dengan tiga kali pergantian PM selama 4 tahun terakhir.

 

Diadakannya Pemilu ke-15 tidak lantas membuat politik Malaysia stabil seperti semula. Izam memaparkan bahwa tidak adanya partai yang mencapai batas minimum 112 kursi di parlemen membuat seluruh partai sulit untuk menentukan calon PM. Setelah berbagai diskusi, Yang Di Pertuan Agong akhirnya memberikan perintah untuk mengadakan koalisi besar antar partai untuk mendapatkan calon PM, hingga akhirnya Anwa Ibrahim terpilih menjadi PM Malaysia pada 24 November 2022. 

 

Menurut Izam, Yang Di Pertuan Agong berhasil mengatasi ketidakpastian politik Malaysia karena kekosongan pemerintahan selama lima hari. Pendapat tersebut ia kemukakan berdasarkan langkah yang diambil oleh Yang Di Pertuan Agong sesuai dengan teori kontrak sosial oleh John Locke. Dari teori tersebut, ia menarik kesimpulan bahwa Yang Di Pertuan Agong sebagai Kepala Negara memberikan transparansi kepada rakyatnya. Begitupun dengan rakyat yang menyerahkan kepercayaan mereka kepada Yang Di Pertuan Agong untuk mengembalikan kondisi politik Malaysia seperti semula. Izam juga menekankan pentingnya pemerintah yang sah, konsensus serta keterbukaan sebagai jalan keluar dari ketidakpastian politik dalam suatu negara. 

 

Sesi SEACHAT #35 ini ditutup dengan pertanyaan dari peserta yang hadir secara luring di Perpustakaan CESASS UGM lantai 2. Sebaliknya, Izam selaku pembicara ikut melemparkan pertanyaan pemantik bagi peserta. Dengan adanya SEACHAT #35, CESASS UGM berharap agenda SEACHAT kedepannya dapat menjadi wadah diskusi akademik bagi pihak yang tertarik dengan isu-isu seputar Asia Tenggara. 

 

Ditulis oleh: Farah Diana Patcha

SEA Talk #46: Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election by Made Supriatma

AktivitasSEA Talk_ind Friday, 23 December 2022

Pada tanggal 20 Desember 2022 pukul 10.00 WIB, PSSAT (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan seminar dalam jaringan (online) dengan tajuk kegiatan South East Asia Talk (SEA Talk) edisi ke-46. SEA Talk #46 menghadirkan Bapak Made Supriatma, salah satu visiting fellow di ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapura, dengan bahasan berjudul “Dividing The Electorates: Will Indonesian Politicians Exploit Identity in 2024 Election”. 

Kegiatan membahas seputar peran identitas yang melekat pada tiap individu dan potensinya dalam menggiring & menentukan pilihan individu tersebut dalam praktik penunaian tanggung jawab demokrasi, spesifiknya dalam pemilihan umum (pemilu). Indonesia yang lanskap sosial budayanya plural pun tidak luput dari penggunaan narasi identitas selama kampanye kegiatan pemilu.

Merunut historisnya pada penyelenggaran pemilu pertama kali Indonesia pada tahun 1955 dimana tendensi pemilihan representasi legislatif terlihat dari pilihan partainya. Pada masa orde baru terdapat usaha “penyeragaman” identitas sehingga polarisasi identitas tidak begitu kontras. Keanekaragaman identitas kembali termanifestasi dalam politik praktik secara bebas setelah kejadian reformasi tahun 1998 hingga memunculkan sebuah fenomena “minority-majority”. Setelah kejadian itu, kelompok berdasarkan agama & adat kesukuan muncul sebagai suatu hal publik dalam norma perpolitikan di Indonesia, terlebih dalam pemilu berskala nasional.

Penggunaan identitas dalam ranah percaturan politik ini berpotensi kembali terulang pada pemilu 2024. Hal ini karena penggunaan identitas merupakan salah satu cara yang berpotensi untuk meraih suara mayoritas.

 

Ditulis oleh: Mohammad Izam Dwi Sukma

SEA CHAT #34 Dictatorship and Political Dynasty and the Role of Media on History Politicization by Muhammad Nailul Fathul Wafiq

Aktivitas MagangSEA Chat_ind Friday, 16 December 2022

Demokrasi merupakan bentuk atau sistem pemerintahan yang dimana seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan perwakilan yang terpilih. Merujuk Dahl prinsip demokrasi tidak berubah tetapi berubah pada bagaimana mekanisme demokrasi di institusi pemerintahan berjalan. Adapun terdapat patologi demokrasi dimana terdapat bentuk pelaksanaan demokrasi yang menyimpang dimana demokrasi melahirkan diktator salah satunya seperti yang terjadi di Asia Tenggara. Praktik politik dinasti kemudian melanggengkan adanya demokrasi yang mengarah ke dictatorial ucap Muhammad Nailul dalam SEA CHAT seri ke 34. Muhammad Nailul merupakan mahasiswa intern di Pusat Studi asia tenggara yang pada sea chat kali ini membawa diskusi tentang diktaror dan politik dinasti serta peran media dalam politisasi sejarah.

Diskusi mengambil dua negara Asia Tenggara sebagai refrensi dari kasus dari demokrasi yang menyimpang yang berbentuk otoriter dan dijalankan melalui mekanisme politik dinasti. Filipina sebagai Negara pertama, dibahas dengan melihat corak politik Keluarga Marcos atau Marcos Family, dimana presiden Marcos SR menjabat sebagai presiden Fipina selama 21 tahun yang dimana pada tahun 2022 estafet kepresidenan Filipina dilanjutkan oleh anaknya Marcos JR. Indonesia sebagai Negara kedua dibahas dengan melihat corak politik pembangunan otoriter yang dilakukan Soeharto semasa menjabat sebagai presiden Indonesia selama 30 tahun adapun corak politik dinasti Soeharto tidak terlihat dalam dunia politik melainkan pada bidang ekonomi melalui kue-kue pembangunan.

Kegagalan demokrasi yang diakibatkan oleh adanya dinasti keluarga merujuk pada Craston dikatakan sebagai bentuk untuk mempertanyakan legitimasi demokrasai Negara tersebut. Dalam prakteknya pemasaran nama besar keluarga menjadi sebuah alat mengenal suatu tokoh politik. Atas hal tersebut perputaran posisi yang ditawarkan pada sistem demokrasi hanya berputar pada tokoh-tokoh tertentu saja dan mencerminkan tidak adanya keterbukaan yang ditunjukkan dengan adanya tokoh politik alternatif. Adapun kondisi ini diperparah dengan adanya penggunaan media sosial sebagai wahana produksi informasi yang bersifat propaganda dengan memuat konten-konten politik dan keluarga yang bersangkutan. Media menjadi wahana untuk memberikan citra, mitos dan legenda yang semuanya ditujukan membangun citra keluarga politik yang bersangkutan

Sebagai penutup Muhammad Nailul menyarankan adanya usaha memberikan masyarakat pengetahuan yang diperlukan agar selalu waspada terkait segala bentuk informasi yang tersebar di internet. Untuk mengisi peran tersebut menurut Nailul diperlukan media yang Netral dalam memproduksi dan mengartikulasi informasi yang diterima masyarakat.

Ditulis oleh : Ilham Ramadhan dan Tom Bartley

SEA-Chat #33 Part 2: Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia by Tatiana Putcniakova and The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years by Lia Korotkova

SEA Chat_ind Monday, 28 November 2022

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan panel diskusi pada hari Jumat, 25 November 2022. Diskusi ini merupakan salah satu program rutin, yaitu SEA CHAT #33 yang diselenggarakan setiap bulan oleh CESSAS untuk membahas mengenai topik dan berita terkini di negara – negara di Asia Tenggara. Pada sesi diskusi kali ini, terdapat dua mahasiswa program internship yang berasal dari MGIMO University. Pada sesi ini diskusi dibuka dengan presentasi pertama oleh Tatiana Putcniakova dengan materi yang berjudul “Cultural Diplomacy between Russia and Indonesia”, kemudian dilanjutkan presentasi kedua dengan materi berjudul “The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years” oleh Lia Korotkova. 

Materi diskusi pertama disampaikan oleh Tatiana Putcniakova. Tatiana memulai diskusi dengan menjelaskan definisi diplomasi budaya dan cultural policy untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai materi #SEA CHAT 33 kali ini. Dalam risetnya, Tatiana mendapatkan bahwa aspek terbaik dari diplomasi budaya antara Indonesia dan Rusia adalah aspek kesenian dan pendidikan. Selain itu, interaksi dinamika inter-kultural yang berkembang juga dapat dilihat dari hubungan bilateral antar kedua negara. Namun, Tatiana juga mengungkapkan bahwa diantara banyaknya masyarakat Rusia, persepsi mengenai eksistensi Indonesia masih sangat terbatas pada kebudayaan Bali. Hal tersebut diperkirakan karena masih terbatasnya pengetahuan secara menyeluruh tentang keberagaman budaya Indonesia di Rusia. Ia berharap untuk adanya keterlibatan Kantor Kedutaan Indonesia di Rusia untuk turut menginformasikan dan mempromosikan kota dan keberagaman budaya wilayah Indonesia kedepannya.

Memasuki presentasi kedua, materi mengenai The Position of Indonesia in ASEAN in the Upcoming Years dibawakan oleh Lia Korotkova. Sebelum memaparkan hasil risetnya, Lia menjelaskan secara singkat tentang dinamika yang terjadi di ASEAN. Lia juga menyebutkan bahwa negara-negara yang tergabung dalam ASEAN merupakan negara yang sangat menjanjikan dan menarik para negara super power seperti Cina dan Amerika. Lia turut memaparkan poin-poin penting dalam SEA CHAT #33 kali ini seperti organisasi di ASEAN; the United Nations (UN), the Non-Aligned Movement, APEC, the Islamic Conference Organization (ICO), ASEAN Plus Six, ASEAN Plus Three and Asian-Europe Meetings (ASEM). Kemudian, dalam sesi SEA CHAT #33 ini pula Lia juga menjelaskan secara singkat mengenai Kebijakan Maritim Indonesia yang menarik untuk dilirik. Menurut temuannya, adanya kebijakan dari presiden Jokowi tentang Global Maritime Nexus Doctrine yang merupakan salah satu langkah untuk berproses membangun dan memperkuat maritim Indonesia. 

Sebelum SEA CHAT #33 berakhir, ada pula beberapa pertanyaan menarik dari peserta yang dijawab oleh para pembicara. Untuk informasi lebih lanjut dan informasi lainnya tentang SEA CHAT yang telah diadakan ataupun yang akan dilaksanakan mendatang, silahkan cek akun Instagram @pssatugm dan website http://pssat.ugm.ac.id/. 

 

By : Dyny Wahyu Seputri

SEA-Chat #33 Sesi 1: Information Technology Sector in Modern ASEAN oleh Gleb Darchenkov and The Results of the G-20 Summit for Indonesia oleh Dmitry Svechnikov

SEA Chat_ind Monday, 28 November 2022

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gadjah Mada (PSSAT UGM) kembali menyelenggarakan SEA CHAT #33 secara daring melalui Zoom meeting dengan dua sesi. Panel diskusi ini diisi oleh empat mahasiswa dari Moscow State Institute of International Relations (MGIMO). Masing-masing mahasiswa memaparkan materi tentang Indonesia terkait isu sosial politik. 

Gleb Darchenkov sebagai panelis pertama memaparkan materi yang berjudul “Information Technology in Modern ASEAN”. Dalam kesempatan ini, ia menjelaskan tentang proses perkembangan ekonomi digital Indonesia, pertemuan antara teknologi informasi dengan kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia, serta persepsi teknologi informasi dari masyarakat Indonesia. Gleb juga menegaskan demografi Indonesia sebagai negara terbesar dengan pengeluaran gawai terbesar se Asia Tenggara, dan menduduki posisi keempat negara dengan pasar gawai terbesar di dunia. Hal ini membuat Indonesia dibanjiri oleh persaingan yang ketat antar e-Commerce dan teknologi finansial di era digital ini.

Pada sesi kedua, Dmitry Svechnikov sebagai panelis kedua memaparkan topik diskusinya yang berjudul “The Result of the G20 Summit for Indonesia”. Diskusi dibuka dengan penjelasan umum seputar pertemuan G20 yang baru saja selesai digelar bulan lalu. Kemudian ia melanjutkan pembahasan tentang G20 Joint Declaration, perbandingan dinamika antara negara maju dan berkembang, peningkatan perekonomian Bali, dan kemampuan Indonesia untuk menjaga netralitas dalam menghadapi tensi antara Rusia dan Ukraina. Ia menyatakan bahwa kesuksesan Indonesia dalam menyelenggarakan G20 di tengah-tengah konflik internasional yang terjadi membuktikan kecakapan Indonesia sebagai mediator sekaligus pemimpin dalam ASEAN dan dunia internasional. 

Seremonial Perpisahan Pemagang Periode Juli-November 2022 dari Rusia dan Indonesia

Aktivitas Friday, 25 November 2022

Pada tanggal 18 November 2022 pukul 13.00 WIB, PSSAT (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) Universitas Gadjah Mada melakukan seremonial perpisahan dengan rekan magang periode Juli-November 2022 di kantor pusat PSSAT UGM. Seremonial ini menjadi ajang perpisahan dengan rekan magang yang menjalani masa magang di PSSAT UGM pada periode Juli hingga November 2022.

Kegiatan seremonial ini dihadiri Prof. Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. selaku direktur PSSAT UGM. Adapun rekan magang yang masa magang berakhir pada bulan november ini terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok international student internship dan regular student internship.

Kelompok international student internship yang periode magangnya berlangsung sejak September-November 2022 berasal dari Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Rusia sebanyak 4 orang atas nama:

  1. Gleb Darchenkov;
  2. Tatiana Putsnyakova;
  3. Dmitry Svechnikov;
  4. Lia Korotkova.

 

Kelompok regular student internship yang periode magangnya berlangsung sejak Juli-November 2022 berasal dari berbagai perguruan tinggi nasional di daerah Yogyakarta sebanyak 4 orang atas nama: 

  1. Muhammad Naufal Rizky;
  2. Atika Silma Nabila;
  3. Dinda Bariqul Zahfa;
  4. Nailul Fathul Wafiq.

 

Para rekan magang dari Rusia menyampaikan kesannya selama masa magang di PSSAT. Lia Korotkova menyampaikan, “Saya tidak yakin apakah akan kembali dan bekerja di sini, tetapi Saya 100% yakin Saya cinta negeri ini”, begitu juga dengan Dmitry Svechnikov, “Saya akan mengajak teman-teman untuk magang di PSSAT.”

Prof.Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. mengucapkan terima kasih atas kontribusi para rekan magang selama di PSSAT UGM dan beliau juga berharap pemagang dari Rusia menjadi awal terjalinnya koneksi antara PSSAT dan MGIMO serta menjadi duta persahabatan antara kedua institusi. 

 

Ditulis oleh: Mohammad Izam Dwi Sukma

Kunjungan Delegasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Aktivitas Friday, 18 November 2022

Pada tanggal 11 November 2022, pukul 13.30 WIB, PSSAT UGM (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) menerima kedatangan dari delegasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. Dalam kunjungan kali ini, hajatan yang disampaikan oleh delegasi dari Universitas Padjadjaran adalah mengenai potensi kerja sama riset dan publikasi antara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran dengan PSSAT UGM.

Delegasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran diantaranya adalah Prof. Muhammad Fadhil Nurdin, M.A., Ph.D.; Drs. Teuku Rezasyah, M.A., Ph.D.; Dr. Hadiyanto, S.Sos., M.I.Kom.; Dr. Gigin G.K. Basar, MM. Sedangkan, PSSAT UGM menerima kunjungan dengan menghadirkan Prof. Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. selaku direktur PSSAT UGM beserta para staf struktural dan pemagang di PSSAT UGM. Selain itu, kunjungan dari Universitas Padjadjaran juga dihadiri oleh Prof. Dr. Sunyoto Usman, M.A., salah satu dosen sosiologi Universitas Gadjah Mada.

Para delegasi dari Universitas Padjadjaran bertukar pandangan dan berbagi pengalaman dengan PSSAT UGM mengenai dinamika pengelolaan riset, jurnal, dan pusat studi di antara 2 kampus tersebut. Penjajakan kerja sama riset dan publikasi juga menjadi salah satu diskusi yang dilakukan dengan harapan pertemuan ini menjadi pintu pembuka untuk pembahasan lebih lanjut mengenai kolaborasi antara PSSAT UGM dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. 

Ditulis oleh: Mohammad Izam Dwi Sukma

PSSAT Mengunjungi Institute of International Studies (IIS) UGM

Aktivitas Monday, 14 November 2022

Pada hari senin (07/11), Pusat Studi Sosial Asia Tenggara melakukan kunjungan ke salah satu pusat studi dibawah naungan  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) yaitu Institute of International Studies (IIS) UGM. Kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan pusat-pusat studi kepada teman-teman international internship asal Rusia.

 

IIS UGM merupakan institusi yang memiliki fokus mengembangkan pemahaman yang bersifat teoritis tentang isu internasional dan mengkolaborasikan pada level praktikal sehingga terwujudnya perdamaian dan keadilan. Topik utama yang dibahas oleh IIS UGM meliputi democracy, foreign policy, security and global governance, dan globalization.

 

Pada saat sesi kunjungan, Cut Intan A. Isma selaku Manajer Program dari IIS UGM memberikan sambutan hangat kepada seluruh tamu dari PSSAT. Kemudian, Lukman-nul Hakim selaku Direktur dari IIS UGM ikut bergabung ke dalam sesi penyambutan. Lalu, Beliau memberikan penjelasan mengenai IIS UGM mulai dari pengenalan singkat mengenai IIS UGM sampai program-program dan pencapaian yang telah diraih oleh IIS UGM.

 

Setelah melakukan pengenalan, sesi selanjutnya adalah sesi diskusi dan tanya jawab yang sekaligus menjadi sesi bagi PSSAT untuk membagikan beberapa hal seputar PSSAT serta menawarkan kemungkinan untuk melakukan kerjasama di waktu yang akan datang. Kunjungan ini diakhiri dengan sesi pemberian hadiah secara simbolis dan foto bersama. Diharapkan dengan adanya kunjungan seperti ini dapat meningkatkan hubungan antar pusat studi dan membuka kesempatan kerjasama di masa yang akan datang.

 

Ditulis oleh: Zaky Al-Aqsa

Kunjungan Tim Sekretariat Wakil Presiden: Diskursus tentang Jalur Rempah Indonesia

Aktivitas Wednesday, 2 November 2022

Pada tanggal 26 Oktober jam 10.00 WIB, PSSAT UGM (Pusat Studi Sosial Asia Tenggara) menyambut kedatangan tim Sekretariat Wakil Presiden sebagai bentuk perpanjangan tangan dari Wakil Presiden Prof. Dr. (HC.) K.H. Ma’ruf Amin. Adapun yang hadir mewakili adalah bapak R. Bagus Yuniadji, SE, SH, MM, MH.Mikom., bapak Heri Rahman, SE, M.Si., dan ibu Uum Saumah, S.Ag, MH. Dalam diskusi kali ini, hajatan yang disampaikan oleh tim Sekretariat Wakil Presiden mengenai isu tentang jalur rempah Indonesia, yang akan dibawa ke UNESCO sebagai warisan dunia di tahun 2024.

Tim sekretariat menyampaikan bahwa, “isu mengenai jalur rempah Indonesia harus mulai digalakkan. Hal ini penting dilakukan karena mayoritas dari masyarakat Indonesia tidak mengetahui banyak tentang pentingnya isu ini.” Jalur rempah sendiri adalah jalur perdagangan dan tempat pertukaran budaya yang terjadi di Indonesia pada era pra-kemerdekaan. Dimana pada saat itu, berbagai negara dari seluruh dunia datang berbondong-bondong berlayar ke Nusantara untuk mencari rempah. Rempah sendiri selain digunakan sebagai bahan makanan, juga digunakan sebagai obat dan pengawet makanan. 

Prof. Dr.phil. Hermin Indah Wahyuni, M.Si. selaku direktur PSSAT UGM menyambut dengan hangat keluhan dan harapan yang dibawa oleh tim sekretariat Wakil Presiden. “Sebagai sebuah bangsa yang heterogen, isu ini sangat baik untuk dimunculkan di tengah sesak ruang sosial media pada tahun-tahun pemilu berikutnya, semoga isu ini bisa menjadi nation-building di tengah perang diskursus politik.” Prof. Hermin juga menambahkan, “dengan keanekaragaman expertise yang ada dalam tim PSSAT UGM, semoga dapat memudahkan proses kolaborasi yang akan terjadi di masa depan.”

Dalam kesimpulan diskusi ini dapat disintesiskan bahwa, ketika mayoritas masyarakat Indonesia telah mengetahui mengenai isu ini, maka pelurusan mengenai sejarah jalur rempah di Indonesia akan berjalan baik. Proses mencatutkan jalur rempah sebagai warisan dunia di UNESCO akan lebih mudah. Indonesia kembali akan disorot oleh dunia sebagai negara penghasil rempah terbaik di dunia. Ekonomi bangsa ini pun akan terpengaruhi karenanya.

Ditulis oleh: Akbar Bagaskara

SEA-Chat #32: Migrasi Rohingya dari Myanmar ke Aceh: Isu dan Perkembangan Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh by Lyska Coyoga

SEA Chat_ind Monday, 31 October 2022

Pada hari Selasa (26/10), the Center for Southeast Asian Social Studies Universitas Gadjah Mada (CESASS UGM) telah melanjutkan kegiatan Southeast Asian Chat (SEA Chat), sebuah diskusi yang membicarakan isu sosial yang terjadi di Asia Tenggara. Untuk pembicaranya, SEA Chat ke-32 ini menghadirkan Lyska Coyoga, seorang mahasiswa magang dari Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan pendidikan geografi. Coyoga menyajikan penelitiannya yang berjudul “Migrasi Rohingya dari Myanmar ke Aceh: Isu dan Perkembangan Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Aceh.”

 

Coyoga memulai presentasinya dengan bertanya mengapa warga Rohingya memilih mengungsi ke Aceh. Dua audiens menjawab diantaranya karena Aceh terkenal sebagai “Serambi Mekah” dan yang lainnya merespons dengan mengaitkan letak geografis  yang relatif terjangkau bila menggunakan perahu atau kendaraan lain yang tidak banyak pilihannya. 

 

Sebelum menjawab pertanyaan sebelumnya, Coyoga menjelaskan kepada audiens siapa itu warga Rohingya, yang ia jelaskan sebagai kelompok etnis yang mendiami negara bagian Rakhine, Myanmar dekat Bangladesh sejak abad ke-7 dan selanjutnya dikenal sebagai Rohingya pada abad ke-18 setelah seorang peneliti asal Britania Raya menamai mereka demikian. Setelah kudeta militer pada 1962, Operasi King Dragon (Operasi Nagamin) diadakan dan berimplikasi pada mengungsinya masyarakat Rohingya ke luar Myanmar dan setelahnya mereka dikenali sebagai etnis Bengali pada sensus 2014 di Myanmar. Singkatnya, terdapat penolakan atas keberadaan masyarakat Rohingya di Myanmar secara struktural.

 

Sejak 2009-2022, Coyoga menjelaskan bahawa sekitar 1.800 orang Rohingya telah sampai di Aceh yang masuk kesana melalui bagian utara provinsi tersebut untuk mencari tempat. Ada suatu waktu ketika masyarakat lokal khawatir dengan masyarakat Rohingya karena para pengungsi memilih untuk melarikan diri dari tempat penampungan and menempati beberapa fasilitas publik seperti musala sebelum akhirnya direlokasi ke tempat yang lebih layak. 

 

Saat itu juga ada kekhawatiran dari masyarakat lokal yang memiliki kecemburuan sosial dengan kehadiran bantuan untuk para pengungsi. Pada akhirnya, Coyoga juga menjelaskan bahwa pada masa yang akan datang, masyarakat Aceh sepertinya akan tetap menerima keberadaan para pengungsi karena mereka percaya keadaan sulit bisa menimpa siapa saja sehingga penting untuk menjaga solidaritas kepada yang sedang kesulitan. Selain itu, ada juga kebiasaan budaya lokal bernama Peumulia Jamee yang berarti menjamu tamu atau orang lain dengan baik.

 

Sebelum kegiatan obrolan berakhir, ada kegiatan tanya jawab yang memunculkan banyak bahasan menarik seperti bagaimana pemerintah Indonesia dan pemerintah Provinsi Aceh menangani kenaikan jumlah para pengungsi begitu juga dengan status Indonesia sebagai negara pihak ketiga terkait isu pengungsi. Ada juga catatan mengenai pengembangan riset terkait peran kebiasaan lokal Peumulia Jamee dalam isu pengungsi di Aceh. 

Ditulis oleh: Mohammad Izam Dwi Sukma

123

Berita Terakhir

  • Inovasi dan Sistem Pengelolaan Sampah yang Smart untuk Mendukung Implementasi Smart City di Ibu Kota Nusantara
  • PSSAT UGM Menyelenggarakan Webinar Series GEO-PW #6 dan Focus Group Discussion Kelanjutan Pembangunan Ibu Kota Negara: Aspek Penguatan dan Pembatasan
  • CESASS UGM dan SEALC NCCU Adakan Pertemuan Strategis untuk Memperkuat Kemitraan Regional
  • Penandatanganan MoU Kolaborasi Jurnal antara COMICOS 2026 dan IKAT: The Indonesian Journal of Southeast Asian Studies
  • PSSAT UGM Menerima Kunjungan Director of Government Affairs & Strategic Collaborations, Grab Indonesia
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Sosial Asia Tenggara
Universitas Gajah Mada

Gedung PAU, Jl. Teknika Utara
Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
pssat@ugm.ac.id
+62 274 589658

Instagram | Twitter | FB Page | Linkedin |

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY